Bittersweet
ผู้เข้าชมรวม
286
ผู้เข้าชมเดือนนี้
5
ผู้เข้าชมรวม
Cast: TaeTee
Side Cast: Gxxod, Bass, Kimmon & Copter
Genre: Action, Blood, Gore, Angst
Fanfiksi SBFIVE
Antara benci dan cinta
เนื้อเรื่อง
คุณแน่ใจว่าต้องการคืนค่าการตั้งค่าทั้งหมด ?
"Aku ingin kita mengakhiri hubungan diantara kita." kata pemuda itu menatap pemuda yang duduk dihadapannya dengan tatapan dingin dan hampa.
"P'Tae...." pemuda yang duduk dihadapannya menatap pria yang bernama Tae itu dengan tatapan sendu dan penuh luka yang menghiasi dibalik manik mata hitamnya. "kau salah paham."
"Salah paham?" ucapnya dengan nada dingin, menatap tajam ke arah pemuda yang dulu pernah mengisi hatinya, "Jika salah paham, mengapa aku menemukan diriny tertidur dalam keadaan telanjang memeluk tubuh pria lain?" Hening. "Bisakah kau jelaskan kepadaku apa yang kutemukan waktu itu, Tee?"
"Aku... aku dijebak, P'Tae. Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa. Aku dan dia...."
Tae memotong ucapannya, "Tidak ada hubungan apa-apa, haruskan sampai harus tidur dalam keadaan telanjang dibalik selimut? Kau bilang aku salam paham? Kau bilang kau dijebak, baiklah jelaskan kepadaku mengapa ada orang yang ingin menjebakmu?" Lidah Tee menjadi kelu, dirinya sadar bahwa pria yang duduk dihadapannya sudah berubah, hatinya sudah berubah. Tee menghela nafas dengan kasar dan bangkit berdiri meninggalkannya begitu saja, tanpa memberikan perjelasan apapun, namun Tae tanpa sadar mencengkeram pegelangan tangan Tee mencegahnya pergi, "Kau belum menjawab pertanyaanku."
Tee menghentakkan tangannya dengan kasar, "Untuk apa aku memberi perjelasan kepadamu, karena pada akhirnya kau tidak mempercayaiku, kau lebih mempercayai penglihatan itu. Kunasihati, hal apa yang ada didepan matamu, belum tentu hal itu benar terjadi karena dibalik itu pasti ada alasan yang sebenarnya dibalik situasi keadaan kejadian yang sebenarnya tidak benar terjadi. Mata bisa menipumu, telinga bisa menipumu, tapi hati tidak bisa menipu. Aku sudah melihat bahwa kamu tidak mempercayaiku, jadi untuk apa aku menjelaskan semua ini? Baiklah, jika kamu ingin mengakhiri hubungan diantara kita berdua, maka aku bisa apa? Aku akan pergi dan tidak akan pernah muncul lagi dihadapanmu. Terima kasih atas segalanya yang kau berikan kepadaku beberapa waktu yang lalu dan kuharap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu, P'Tae. Selamat tinggal." ucap Tee lantas berlalu pergi meninggalkan cafe tempat pertemuan itu dengan langkah lebar dan tergesa, ditahannya air mata yang hampir menyeruak keluar membasahi kedua pelupuk matanya, meninggalkan pria yang dia cintai selama ini. Tae menatap punggung Tee yang pergi meninggalkannya, dengan kasar, Tae meraih gelas kopi dan melemparkan gelas itu sehingga isi minuman itu tumpah dan gelas itu pecah berkeping-keping membasahi lantai ubin tersebut. Ditendangnya kaki meja itu dengan kasar, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dengan frustasi dan penuh luka menghinggapi dadanya. Suasana cafe itu sepi, karena memang cafe itu miliknya dan juga sudah jam tutup cafe di tengah malam kelabu itu. "Brengsek!!!" teriak Tae dengan jeritan yang hampa dan tidak berapa lama kemudian tawa penuh hampa bergema di cafe kosong itu.
###
=2 Tahun Kemudian=
"Tee, apa kamu yakin?" tanya Gxxod menatap Tee dengan tatapan cemas. Tee tidak sengaja mendapat informasi yang bisa mengancam nyawanya. Gxxod, sahabat Tee berusaha mencegahnya pergi namun Tee menatap manik mata Gxxod dengan penuh permohonan. Sampai akhirnya Gxxod tidak punya pilihan lain selain melepaskannya pergi. Tee tiba ditempat diatas rooftop sebuah gedung bangunan, dan menyiapkan senjata Riffle yang sudah dilengkapi dengan Rifle Scope dan perendam suara senapan. Diarahkannya senapan angin itu mengarah ke arah target dengan melalui rifle scope dan begitu sudah menemukan target dari jarak jauh, dengan penuh perhitungan dan menunggu timing yang tepat. Jari telunjuknya mulai menekan pelatik dan mengarahkan anak peluru itu melayang melewati udara, mengenai kaca dan berakhir bersarang ditengah dadanya. Setelah menuntaskan tugasnya, dia dengan cepat membongkar senapan riflenya dari scope dan perendam suara, menaruhnya kembali ke dalam tas ransel dan berlalu pergi meninggalkan rooftop dengan langkah cepat. Diraihnya ponselnya dan melaporkan kepada bossnya, "Tugas sudah selesai, Target sudah disingkirkan."
"Bagus." kata boss itu, dan Tee pun berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
***
Sementara itu, Tae yang baru selesai mandi tersenyum menemukan kekasihnya yang imut itu yang baru saja selesai memasak sarapan pagi. Dipeluknya pinggang kekasihnya itu sembari menaruh dagu dibahu kekasihnya itu. "Morning, my baby." ucapnya sembari menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.
"Morning P'Tae." sapanya lantas membalikkan tubuhnya menghadap Tae, melingkarkan lengannya di leher Tae. Kemudian mencium bibir Tae dengan sekilasan. Namun tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba suara jendela pecah dan beberapa menit kemudian sebuah peluru mendarat di dada pemuda itu ketika ciuman mereka terlepas dan hendak menuju ke arah meja makan untuk sarapan bersama.
"Bass!!!" jerit Tae terkaget ketika melihat darah menguar dari dada Bass, Bass ambruk dalam pelukan Tae, sementara Tae berusaha menekan aliran darah yang mengucur keluar dari dada Bass yang tertembak itu. Dengan cepat, Tae mencoba berlari menuju ke arah jendela yang sudah pecah itu, hendak mencari siapa pembunuh Bass itu. Namun, Tae tidak bisa menemukan apapun, Tae meraih ponselnya dan menghubungi rumah sakit untuk menolong Bass, setelah itu Tae lantas meraih handgun milikny dari laci lemari meja nakasnya dan pergi meninggalkan bass begitu saja, hendak mengejar siapa pembunuh yang telah membunuh kekasihnya. Namun pada akhirnya Tae tidak bisa menemukan siapa pembunuhnya, ketika hendak kembali rumahnya mengalami kebakaran dan didepan tampak mobil ambulans. Dengan panik, Tae menghampiri petugas medis itu, bertanya keberadaan Bass, namun sayang sebelum petugas medis tiba di lokasi, rumah milik Tae sudah dilalap oleh kobaran api yang menjilati bangunan itu. Tae yang hendak berlari masuk untuk menyelamatkan kekasihnya, namun dihalangi oleh petugas medis yang dengan sigap mencegahnya masuk ke dalam bangunan yang kini sudah ambruk menjadi puing-puing abu. Tae berteriak histeris memanggil nama kekasihnya. Setelah pemakaman kekasihnya, Tae lantas mulai mencoba mencari tahu siapa pembunuh itu dan berniat membalaskan dendamnya. Akhirnya, setelah mencoba mencari tahu, Tae menemukan sebuah jawaban, ternyata Bass diincar oleh saingan bisnis dari ayahnya Bass. Untuk mendapatkan informasi lebih akurat, Tae memutuskan melamar pekerjaannya masuk ke kelompok mafia milik musuh ayah kekasihnya, dan mencoba menyelidiki mengenai hal itu.
###
"Tee?" Tae terkaget ketika menemukan kekasihnya, atau lebih tepatnya, mantan kekasihnya ternyata bekerja di organisasi mafia itu sebagai tangan kanan dari atasannya.
"Kalian saling mengenal?" tanya sang atasan itu menatap Tae dan Tee bergantian.
"Tidak, dia mantan kakak seniorku waktu di kampus dulu." jawab Tee dengan sekenanya, hal itu membuat Tae menatap Tee dengan tatapan dingin.
"Baiklah, kalau begitu akan lebih mudah jika kamu membawanya menjelaskan mengenai organisasi kita?" kata Boss itu menatap Tee dengan tatapan penuh arti. Tee tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya mengangguk pelan. Hampir setiap hari mereka bekerja bersama sebagai rekan kerja setiap kali ada tugas-tugas yang dilimpahkan oleh atasan mereka. Tae berusaha mengumpulkan berbagai bukti untuk membalaskan dendamnya atas kematian kekasihnya kepada pemilik organisasi point black itu, namun hal pertama adalah dia ingin menemukan snipper yang menjadi eksekusi atas kematian Bass.
Malam itu, ketika Tae yang lupa dengan ponselnya yang tertinggal, lantas melangkahkan kakinya berbalik melangkah masuk ke dalam ruang tempat dimana dia menaruh ponselnya. Tae melangkah menuju ke area ruang kerja, dan melangkahkan kakinya menuju ke bilik ruang kerja dan menemukan ponselnya. Tae memasukkan ponsel itu kedalam saku celana panjang hitam dan hendak pergi meninggalkan gedung perkantoran tersebut. Namun, ketika dirinya melewati ruang presiden direktur, tanpa disengaja, Tae mendengar percakapan, langkah kaki Tae terhenti ketika indera pendengarannya menjadi semakin tajam, mencoba untuk mendengarkan percakapan tersebut. Tae mengetahui betul suara siapa itu, bossnya dan Tee. Dengan tangan bergetar, Tae menekan kenop pintu yang tidak terkunci itu, dan mengintip disela-sela jendela terbuka itu, Tae menyaksikan bossnya menyerahkan sebuah dokumen kepada Tee. Tee hanya menerima dokumen itu tanpa sepatah kata, hanya mengeluarkan beberapa lembar beberapa carik kertas dan beberapa lembar foto sebelum mengangguk pelan, dan hendak beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan cepat dan berhati-hati, Tae menutup pintu kembali dan bersembunyi dibalik dinding itu.
Begitu Tee pergi, tidak lama kemudian, boss itu melangkah keluar dan mengunci pintu ruang kerja tersebut dan beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Anak buahnya sudah menunggu di lobby bawah menanti kedatangannya. Melihat situasi sunyi dan sepi, Tae memanfaatkan situasi tersebut dan mencoba menggunakan keahliannya yaitu menggunakan pejepit pita untuk membuka kunci tersebut dan berhasil. Tae menyelinap masuk dan mencari apa saja yang sekiranya bisa dijadikan bukti untuk memerangkap boss yang telah membunuh kekasihnya itu. Tae menemukan file dokumen yang ada pada laptop, dan semakin marah begitu tahu alasan mengapa Bass dibunuh. Dan yang membuatnya semakin marah adalah ternyata dalam file tersebut, mencantumkan nama Tee yang ditugaskan untuk membunuh Bass. Hanya karena persaingan bisnis antara ayah Bass dan boss mafia itu. Dan boss mafia kalah tender, sehingga membalaskan dendamnya dengan membunuh anaknya yang merupakan kekasihnya. Dengan penuh dendam, Tae mencopi semua dokumen-dokumen yang ada didalam laptop yang sudah diberi password, namun Tae berhasil mendapatkan password itu dengan diam-diam melihat arah jari tangan bossnya mengetik kode di keyboard. Tae menunggu semua proses copy dokumen-dokumen penting itu kedalam folder file flashdisknya, dan membersihkan jejak dirinya agar tidak dicurigai oleh bossnya.
###
= Hokkaido, Japan =
Bass menghela nafas, memegang bekas luka ringan berupa bekas luka garis yang pendek dan tidak begitu dalam di tengah dadanya dihadapan cermin. Bass menghela nafas sejenak dan kembali flash back ketika dirinya harus memalsukan kematiannya dari Tae, tentu saja ayahnya dan keluarganya sudah mengetahui hal ini dan menyembunyikan Bass di Jepang, ditemani oleh Gxxod yang merupakan sahabat dan kepercayaan tee untuk menjaga dan melindungi Bass dari incaran organisasi tersebut. Bass kini berganti identitas menjadi Wayo. Selama ini, Bass sengaja meghilang dan menyembunyikan kematiannya atas perintah ayahnya dari Tae, karena Bass tidak ingin Tae ikut terseret dalam bahaya konflik antara ayahnya dan musuhnya, setidaknya sementara dulu sampai situasinya menjadi aman.
[Flash Back]
Bass melangkah menuju ke pintu depan ketika terdengar dering bell berbunyi, segera Bass membuka pintu dan disana tampak Tee dan Gxxod berdiri dihadapannya.
“Permisi, kalian ingin mencari siapa?” tanya Bass dengan kebingungan.
“Kau... Bass benarkan?” tanya Gxxod seakan ingin memastikan terlebih dahulu. Bass mengangguk dengan wajah kebingungan. “Boleh kami masuk? Ada hal penting yang ingin kami sampaikan kepadamu.” Kata Gxxod. Sekali lagi, Bass yang masih kebingungan lantas bergeser tubuhnya, memberikan ruang agar Gxxod dan Tee bisa melangkah masuk ke dalam rumah yang merupakan milik Tae.
“Aku tahu kamu adalah kekasih P’Tae.” Kata Tee berdiri dihadapan Bass. Bass terkejut, menatap Tee dengan kebingungan.
“Namaku Gxxod dan dia adalah sahabatku, Tee.” Mendengar Gxxod memperkenalkan mereka sendiri, untuk beberapa saat kemudian, Bass seakan mengerti.
“Kau... mantan kekasih P’Tae?” Tee mengangguk pelan. “Untuk apa kau datang kemari? Kau tidak akan bisa bertemu dengan P’Tae.” Ucap Bass dengan dingin, menatap Tee dengan penuh tidak suka, karena Bass pernah mendengar cerita dari Tae mengenai pengkhianatan mantan kekasihnya. Tee tidak terkejut dengan sikap Bass terhadapnya. Gxxod yang satu-satunya mengetahui kejadian yang sebenarnya, menatap Tee. Tee menggeleng pelan dan tersenyum menenangkan.
“Aku datang kemari bukan ingin bertemu dengan P’Tae tetapi kamu. Aku ditugaskan oleh ayahmu, menyusup ke kelompok organisasi mafia yang merupakan musuhnya. Aku sudah cukup lama menyusup masuk ke organisasi itu dan memata-matai untuk mengumpulkan bukti. Tetapi untuk mendapatkan kepercayaan dari boss organisasi mafia itu tidak mudah. Jadi untuk mendapatkan kepercayaan darinya, aku harus melakukan tugasku. Aku ditugaskan untuk membunuhmu.” Bass terkejut. “Tetapi aku tidak bisa membunuhmu, ayahmu sudah mengirimkanku untuk menyusup masuk ke organisasi mafia, dengan kata lain... aku berkewajiban untuk melindungimu.”
“Karena ayahku? Jadi kamu mau melindungiku?” Bass menatap Tee dengan curiga.
Tee tersenyum, memahami kecurigaan Bass. “Besok pagi jam 7, di seberang atas atap gedung disana, aku akan membunuhmu.” Kata Tee dengan lembut menunjukk ke arah gedung dimana dia akan mengeksekusi Bass atas perintah bossnya, menunjuk arah jendela ruang dapur dan ruang makan. “Tetapi jangan khawatir, begitu P’Tae pergi, Gxxod sudah menunggumu dan akan membawamu menuju ke rumah sakit yang sudah diatur oleh ayahmu. Aku akan mengusahakan untuk tidak melukaimu, kamu bisa menggunakan kantong berisi darah palsu diselipkan di area dadamu, mungkin akan sedikit melukaimu, tetapi tidak akan mengenai jantungmu.”
Gxxod menghela nafas pelan, “Tee adalah snipper handal, dia bisa memperkirakan jarak tembakan. Mungkin bisa saja dia melukaimu dengan sebuah peluru, tetapi kami akan mengatur agar luka tembakan tidak begitu dalam. Ayahmu sudah memerintahkan untuk memalsukan kematiannya, dan melarangmu untuk tidak memberitahu kepada Tae mengenai kematianmu yang dimanipulasi agar bisa membebaskanmu dari target pihak musuh ayahmu dan juga... untuk menghindarkan Tae agar tidak ikut terseret dalam masalah ini.”
“Mengapa kamu ingin melindungiku? Padahal kamu tahu aku adalah kekasih P’Tae? Bukankah kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk melenyapkanku dan mendapatkan P’tae kembali?” tanya Bass dengan penasaran.
Tee tersenyum sedih sembari menggeleng pelan, “Tidak. Aku tidak boleh egois merebut P’Tae darimu. Karena aku tahu, bahwa dihati P’Tae hanya ada dirimu seorang. Aku hanyalah masa lalu yang sudah dibuang jauh-jauh. Karena aku tahu kamu bisa membahagiakan P’Tae maka aku akan berusaha menyelamatkan orang yang dia cintai. Hanya itu yang bisa kulakukan, disamping itu, aku bekerja kepada ayahmu. Perintah ayahmu adalah tugas yang harus kupatuhi.”
Seperti yang sesuai dengan rencana awal. Bass bangun pagi, menyiapkan sarapan dan dia melihat ke arah jendela melihat Tee menyiapkan senjata untuk melaksanakan tugasnya. Bass memberi kode kepada Tee, dan Tee mengangguk pelan dan melaksanakan tugasnya. Dia membiarkan salah satu anak buah dari boss mafia untuk menyaksikan kematian Bass dan melihat Tee mulai menyiramkan bensin di area perumahan milik Tae dan menyalakan korek api, dan melemparkan api tersebut untuk membakar rumah tersebut. Sebetulnya Tee mengecoh salah satu anak buah boss mafia yang mengira Tee benar-benar sudah selesai melaksanakan tugasnya. Sementara diam-diam, Gxxod menyelinap masuk ketika Tae berlari keluar hendak mengejar pembunuh Bass. Gxxod menggendong tubuh Bass yang berlumuran darah palsu dari kantong darah buatan yang dia sembunyikan dibalik pakaian hoddie putih yang dia kenakan dengan bridal style, keluar melalui pintu belakang menuju ke mobil milik ayah Bass yang sudah menunggu kedatangan Gxxod untuk segera membawanya menuju ke rumah sakit. Begitu kondisi Bass sudah stabil dengan luka yang tidak dalam dan ringan, ayahnya lantas mengirimkan Bass ke Jepang bersama dengan Gxxod untuk menjaga dan melindungi Bass. Ayah Bass mengatur pemakaman palsu agar bisa mengecoh musuhnya dengan memanipulasi kematian putranya.
[Flash Back End]
“Apakah sudah siap?” tanya Gxxod ketika Bass merapikan pakaiannya lagi, mengangguk pelan mengikuti Gxxod. Bass memutuskan melanggar perintah ayahnya, membujuk Gxxod untuk membawanya pulang ke Bangkok, Bass memutuskan akan menemui Tae untuk menjelaskan kenyataan bahwa sebenarnya Tee tidak bersalah, Tae salah paham terhadap Tee mengenai dua tahun yang lalu, dan Bass menyadari berada diambang keputus asaan, karena selama persembunyiannya, dirinya selalu menghabiskan waktunya selama dua tahun bersama dengan Gxxod sehingga benih-benih cinta diantara mereka berdua tumbuh tanpa disadari. Dari Gxxod, akhirnya Bass mengetahui bahwa Tee dijebak oleh seorang wanita yang mencintai Tae, sehingga mulai menyusun skenario untuk menjebak Tee agar Tae mau berpisah dengan Tee dan jatuh ke pelukannya.
Namun malangnya, sebelum wanita itu bisa merebut Tae kembali, dirinya mengalami kecelakaan sehingga mengalami amnesia dan Tee sudah menyerah untuk memperjelaskan kesalahpahaman antara dirinya dan Tae. Begitu berpisah, Tae dan Tee sempat putus kontak dan tidak tahu kabar diantara mereka berdua sampai akhirnya dua tahun kemudian mereka dipertemukan kembali namun dalam keadaan situasi yang berbeda.
###
Tae dengan penuh dendam, melangkah masuk ke area pertemuan keesokan harinya. Dimana Tee dan beberapa anak buah boss itu berkumpul diruang pertemuan. Tanpa basa basi, Tae menarik pelatuk dan menembakkan peluru dari moncong handgun yang ada ditangannya. Dimulai dari menembak bossnya, anak buahnya sehingga kini tersisa Tee yang berdiri disana, menyaksikan boss dan beberapa anak buah itu mati tertembak.
“Kau....!!” Tae meneteskan air matanya, ketika dia mengacungkan senjatanya dihadapan Tee. “Apakah kamu yang membunuh kekasihku, Bass?” Tae berharap Tee menjawab tidak. Namun keheningan yang menyergap diantara mereka berdua membuat kedua pasangan mantan kekasih itu tidak bergeming ataupun tidak beranjak dari tempat mereka berdiri. Tee tersenyum pelan dan mengangguk pelan, membenarkan ucapan Tae. “Kenapa? Kenapa kamu membunuhnya? Apa salah dia terhadapmu?” teriak Tae menampar pipi Tee dengan keras. Tee tidak menjawab pertanyaan Tae, hanya meraih tangan kanan Tae yang menggenggam senjata handgun dan mengarahkan ditengah dada agak sedikit ke kiri atau dengan kata lain di rongga dada sebelah kiri.
“jadi itu kau yang membunuh Bass?” mata Tae kini kembali basah, meneteskan air matanya. Karena selama Tae dan Tee menjadi rekan kerja, tanpa disadari cinta itu kembali bersemi diantara mereka berdua, meskipun tanpa ada pengakuan dari bibir Tae. Tae nyatanya masih peduli dan tidak bisa melupakan cintanya terhadap Tee. Namun pengkhianatan Tee pada dua tahun yang lalu mencegahnya untuk kembali kepada Tee. Suasana menjadi hening lagi.
“Ya.” Jawab Tee dengan lirih, menutup kedua matanya menanti tembakan yang akan diterimanya. “Bunuhlah aku jika kamu ingin membalaskan dendam atas kematian Bass.” Tepat pada saat itu Gxxod dan Bass yang sudah tiba ditempat tersebut, buru-buru menghampiri mereka berdua. Ya, Gxxod dan Bass mendengar percakapan mereka walau hanya sekilasan, lantas berteriak.
“Jangan bunuh dia.” Teriak Bass. Karena teriakan Bass mengejutkan Tae, tanpa disengaja Tae menekan pelatuk handgun sehingga menembak dada kiki Tee. Tee mundur beberapa langkah kemudian terjatuh kebelakang, terjadi dejavu dimana Tae teringat dirinya memeluk Bass saat terjadi penembakan itu kini kembali muncul dihadapannya.
Bass berlari memeluk Tae dan menjauhkan handgun dari tangan Tae. Sementara Gxxod berlari memeluk Tee yang berlumuran darah di dada Gxxod. “Sial, kenapa kamu tidak mengatakan sejujurnya kepada Tae. Dasar bodoh!” teriak Gxxod meneteskan air matanya, dan mengeluarkan sapu tangannya menekan dada kiri Tee yang mengeluarkan darah akibat luka tembakan tersebut.
“Bass?” Tae menatap Bass dengan kebingungan. “Kamu masih hidup?”
“ya, aku masih hidup, P’Tae. Papa sudah memalsukan kematianku agar aku dan kau terhindar dari target dan pengejaran dari pihak musuh papa. P’Tee dan P’Gxxod yang menolongku dan menyelamatkan nyawaku.” Mendengar ucapan bass, sontak kedua kaki Tae menjadi tidak mampu menopang tubuh Tae. Tae merangkak menuju ke arah Tee.
“Mengapa? Mengapa kamu membohongiku? Mengapa kamu tidak mengatakan dengan jujur bahwa Bass masih hidup dan kamu telah menyelamatkan nyawanya.” Tae memeluk tubuh Tee. Tee terbatuk pelan, dan tertawa pelan.
“Ah, P’Tae... tidak apa-apa, aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku tahu kamu mencintai Bass, oleh karena itu, aku berupaya menyelamatkannya agar kamu bisa kembali berkumpul bersama dengan Bass dan menjalani kehidupan yang bahagia. Maafkan aku yang tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu.”
“Jangan bicara lagi, Tee. Aku akan membawamu ke rumah sakit.” Ucap Gxxod merebut tubuh Tee dari pelukan Tae dan menggendongnya dengan bridal style, berlari secepat mungkin menuju ke mobil yang menunggu disana. Bass ikut berlari sembari menarik tangan tae agar menyusul Gxood menuju ke arah mobil. Sementara beberapa anak buah ayah Bass yang membereskan masalah mayat-mayat yang tergeletak menyedihkan diruangan tersebut.
###
Begitu tiba dirumah sakit, Gxxod berlari seperti orang kesetanan, menggendong Tee melangkah masuk kerumah sakit dan segera Tee dibawa ke ruang UGD dan menjalani operasi. Gxxod menoleh ke arah Tae dan melayangkan tinju yang cukup keras mengenai pipi dan garis rahang kanan Tae sehingga membuat Tae terjatuh menabrak kursi diruang tunggu.
“P’Gxxod tenangkan dirimu!” Teriak Bass menahan tubuh Gxxod dengan memeluk tubuhnya, berusaha mendorongnya menjauh dari Tae. Tae tertunduk sembari meneteskan air matanya, dan menatap kedua tangannya yang berlumuran darah itu. Berlumuran darah dari Tee.
“Semua ini gara-gara kamu bajingan....” teriak Gxxod yang kini sudah tidak sanggup lagi menahan amarahnya. “Tee tidak pernah mengkhianatimu dua tahun yang lalu, kau telah salah paham kepadanya.” Teriaknya lagi, tidak memperdulikan bahwa dirinya berada dirumah sakit, telah mengganggu ketenangan pasien dan para dokter.
“P’Gxxod tenangkan dirimu.” Teriak Bass mendorong tubuh Gxxod. Dengan cemas, Bass meraih ponselnya dan berteriak, “Papa, apakah masih belum menemukan wanita itu?” kata Bass. “Pokoknya Bass tidak mau tahu, papa harus segera membawa wanita itu sekarang juga, dirumah sakit Bumrungrad.” Bass menatap Gxxod dan Tae secara bergantian. “tenanglah, aku sudah meminta papa mencari keberadaan wanita itu dan membawanya kemari menghadap p’Tae.” Kata Bass menenangkan Gxxod. Tapi Gxxod yang sudah dikuasai amarahnya, tidak mampu lagi menyimpan semua rahasia yang dikubur dalam-dalam oleh Tee. Gxxod membeberkan bahwa dua tahun yang lalu, ada seorang wanita yang mencintai Tae. Namun Tae menolaknya dengan alasan dirinya mencintai Tee. Kemudian wanita itu menjebak Tee dengan memberikan obat tidur didalam minuman milik Tee dan menyewa gigolo untuk tidur bersama dengan Tee. Tentu saja Tee tidak disentuh sama sekali oleh pemuda sewaan wanita itu, wanita itu hanya ingin menjebak Tee agar Tae memergoki Tee berselingkuh dan tidur bersama pria lain itu. Tae menangis sejadi-jadinya, menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mempercayai Tee pada dua tahun yang lalu.
“Karena cintanya terhadapmu, dia memilih menyelamatkan Bass dan menyembunyikan keberadaannya agar begitu Tee berhasil membunuh boss itu disaat tepat waktu, dia akan membawamu untuk menemui Bass. Tetapi kamu malah mengacaukan rencana Tee dan hampir membunuhnya.”
“Bukan salah P’Tae.” Teriak Bass tidak menerima Gxxod menuduh Tae dan menyalahkannya. “Karena P’Tae tidak tahu kenyataan bahwa aku masih hidup.”
“Juga bukan salah Tee juga pada dua tahun yang lalu.” Teriak Gxxod mendelik tajam menatap marah kearah Bass. “Karena pada saat itu, Tee ingin menjelaskan semua kesalah pahaman tetapi Tae malah mempercayai penglihatan daripada mempercayai Tee.” Bass terdiam sejenak, memang benar, dua tahun yang lalu, Tae salah paham kepada Tee. “Aku tidak mengerti, Bass.. kamu masih mencintai Tae atau mencintaiku?” tanya Gxxod menatap Bass dengan kecewa. Bass terkejut, Tae lebih terkejut lagi.
“Apa? Kalian???”
Bass menatap Tae dengan tatapan merasa bersalah. “Maafkan aku, P’Tae... aku...” ucapan Bass terputus ketika pintu ruang operasi terbuka. Sontak Tae bangkit berdiri dari duduknya dan Gxxod yang berhamburan menghampiri dokter itu. Dokter memberi perjelasan bahwa operasi berjalan dengan lancar, peluru berhasil dikeluarkan dan nyaris mengenai jantung, beruntung tembakan itu sedikit meleset sehingga nyawa Tee berhasil diselamatkan. Namun dokter masih belum bisa memperkirakan kapan Tee terbangun. Gxxod yang kecewa dengan keadaan ini, memilih mendiamkan Bass dan menjaga Tee. Bahkan Gxxod melarang Tae untuk bertemu dengan Tee. Gxxod dan Bass kini mengalami krisis dalam hubungan diantara mereka berdua.
Tae menuntut perjelasan dari Bass dan Bass yang sudah mengetahui kebenaran mengenai dua tahun yang lalu dari Gxxod dan ditambah kehadiran wanita yang rupanya ingatannya sudah pulih itu bersujud memohon maaf kepada Tae karena telah menghancurkan hubungan diantara Tae dan Tee karena keegoisannya. Tae jelas tidak bisa memaafkan wanita itu dan memintanya untuk menjauhi dari mereka dan selamanya tidak akan bertemu lagi dengan mereka. Tae setiap hari duduk diruang VIP dimana merupakan tempat Tee berbaring koma disana. Bass berusaha membujuk Gxxod agar mengizinkan Tae menemani Tee dan menebus kesalahannya dua tahun yang lalu.
Pada akhirnya Gxxod luluh dengan permintaan Bass dan mengizinkan Tae untuk menjaga dan menemani Tee yang terbaring koma diruang VIP yang sudah diatur oleh Bass. Dan disinilah Tae berada, berbincang-bincang walau tahu Tee tidak bisa menjawab pertanyaannya. Menceritakan perkembangan perusahaan yang dikembangkan Tae, menceritakan pertengkaran yang menggelikan antara Gxxod dan Bass kemudian kembali berdamai mesra seperti sedia kala. Kemudian menceritakan dokter yang selalu merawat Tee yaitu Copter malah jatuh cinta kepada sepupu Gxxod yaitu Kimmon karena Gxxod tidak bisa datang mengantarkan bekal makanan untuk Tae. Tae setia menemani Tee. Hari demi hari berlalu, dari minggu ke minggu berlalu, dari bulan ke bulan sudah berlalu. Pada akhirnya tidak terasa dari tahun ke tahun sudah berlalu. Tae masih setiap menanti Tee.
“Tahukah kamu? Gxxod dan Bass sudah menikah.... hahahaha.... dan Copter tidak sengaja menangkap buket bunga yang dilemparkan oleh Bass. Kutebak, pasti cepat atau lambat, Kimmon pasti akan melamarnya.” Tae mengusap surai rambut Tee. “Hmm...kamu mau apel? Akan kukupaskan untukmu.” Kata Tae meraih pisau buah dan buah apel yang ditaruh diatas mangkok. Dengan hati-hati, Tae mengupas kulit dan membentuk apel menjadi seperti kelinci. “Lihat, aku bisa memotong buah apel seperti kelinci ini. Ternyata simpel cara memotongnya.” Kata Tae tertawa pelan, kemudian mengunyah buah apel itu menggantikan Tee. “Apel ini rasanya manis dan empuk.” Tae menjabarkan buah apel yang dimakannya.
“Kapan Tee akan sadar?” tanya Kimmon tidak tega melihat Tae berbicara sendirian kepada Tee yang masih belum sadar. “Sudah satu tahun ini.”
“Entahlah, aku sendiri juga tidak bisa memprediksi kapan dia sadar. Itu tergantung pada kemauan pasien.” Kata Copter sambil menggeleng pelan, menutup pintu ruang VIP sembari menyeka air matanya, merasa tidak tega melihat kondisi sepasang kekasih itu.
“Apa tidak ada cara lain?” Kimmon menggenggam tangan Copter. Copter dengan lesu menggeleng pelan.
Semetara itu, Tae tanpa sadar meneteskan air matanya, bergumamkan aku mencintaimu, maafkan aku berulang kali dan memeluk tubuh Tee. Pertahanan dan ketegaran kini runtuh sudah ketika melihat tubuh Tee yang semakin hari semakin kurus dan pucat itu. Namun Tae tetap menaruh harapan bahwa suatu hari Tee pasti akan terbangun dari koma-nya. Dan Tae bersumpah, jika suatu hari nanti Tee tersadar dari koma-nya, dirinya akan menebus kesalahannya dua tahun yang lalu dengan memberikan kebahagiaan bagi Tee.
The End
ผลงานอื่นๆ ของ Jonquil90 ดูทั้งหมด
ผลงานอื่นๆ ของ Jonquil90
ความคิดเห็น