คืนค่าการตั้งค่าทั้งหมด
คุณแน่ใจว่าต้องการคืนค่าการตั้งค่าทั้งหมด ?
ลำดับตอนที่ #2 : Bab 1 - Seleksi
Matanya hanya fokus pada layar handphone. Menggulir setiap tulisannya yang tertera. Sesekali decakan ringan keluar dari mulut mungilnya.
"Kenapa semua pekerjaan tidak ada yang cocok? Kenapa juga mereka hanya menerima kerja fulltime? Sial."
Lagi tidak ada iklan pekerjaan yang sesuai dengan keadaaannya. Dia hanya ingin pekerjaan yang bisa dilakukan secara parttime mengingat dia harus mengerjakan tugas akhirnya. War bertekad harus bisa lulus tahun ini, kalau tidak beasiswanya akan lenyap.
Dia War Wanarat Ratsameerat. Anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua orang tuanya telah lama meninggal sehingga tiga bersaudara tersebut harus hidup mandiri sejak dini.
Kakak pertamanya seorang wanita bernama Maengmum Pimnitchakun Ratsameerat. Dia mempunyai sebuah cafe yang sayangnya jauh dari kampus War. Apabila dekat pun War pasti memilih membantu kakaknya. Kakaknya adalah orang yang membiayai segala kebutuhan adik-adiknya. Tapi bagi adik-adiknya mereka harus tetep bekerja karena tidak semua bisa dipenuhi oleh sang kakak.
Phi Mum menikah dengan seorang pria bernama Tomo Masa. Pria keturunan Jepang yang bekerja sebagai karyawan biasa bagian perencanaan di sebuah perusahaan properti raksasa, Wongwei Group. Dan mereka mempunyai satu anak laki-laki berusia 3 tahun.
Adik War masih duduk di bangku SMA tingkat dua, Boom Krittapak Ratsameerat. Dia yang membantu Phi Mum di Cafe miliknya.
.
~oOo~
.
.
.
"Dad kapan aku dapat pengasuh? Aku bosan harus tinggal seharian di ruangan suram perusahaan daddy" Keluh si kecil Vee.
"Lusa nenek akan datang, nenek akan menyeleksi pengasuh untukmu."
"Aku harap tidak mendapat pengasuh yang hanya sibuk menggoda daddy." Si kecil Vee mengoceh tentang bagaimana pengasuhnya yang dulu saat masih di Hongkong bukannya mengasuhnya malah sibuk menggoda sang daddy, sehingga dia harus sering bergonta-ganti pengasuh yang entah sudah sekian banyak.
Vee mengakui bahwa daddynya sangat muda dan tampan. Ditambah pria kaya raya pemilik perusahaan properti raksasa, Wong Wei Group.
Dia Yin Anan Wong. Pria keturunan Thailand-Hongkong pemilik Wong Wei Group. Berwajah datar bersifat kaku. Tingkah laku sungguh menyebalkan. Mempunyai satu putra, Vee Wong. Namun hal itu tidak menyulutkan wanita diluar sana berkeinginan untuk menjadi pasangannya yang jelas-jelas sudah mempunyai anak.
"Kau ingin pengasuh seperti apa?"
"Hmmm." Vee mengetuk-ngetukan jarinya didagu berlaga berfikir keras.
"Tidak mencari perhatian Daddy."
"Itu artinya Daddy lebih menggoda daripada seorang anak kecil sepertimu."
"Daddy menyebalkan." Rajuk Vee.
"Lihat saja kalau Vee sudah besar, Vee akan lebih mempesona daripada Daddy. Daddy akan kalah."
"Dalam mimpimu boy."
"Yaaaaa...." Teriak Vee panjang.
"Hahaha..."
Tiba-tiba suara rengekan terdengar keras dari si kecil Vee. Sedangkan Yin hanya tertawa keras menggoda putra tersayangnya.
Yeah, Yin hanya bisa menunjukan segala jenis ekspresi hanya kepada anaknya. Dia terlalu malas meladeni para wajah dan tingkah palsu orang lain. Jika bukan karena harta, tahta, dan wajahnya, mungkin mereka tak sudi untuk mendekatinya.
"Dad, kalau pengasuhku seorang pria bagaimana?"
.
.
.
~oOo~
.
.
.
Di sebuah ruangan pertemuan dalam gedung hotel, terlihat beberapa beberapa orang dengan dominasi wanita duduk menunggu satu per satu namanya dipanggil untuk test dan wawancara.
Mereka akan memasuki suatu ruangan khusus yang terdapat beberapa penguji.
Flashback
"War apakah kau sudah menemukan pekerjaan baru?" Salah satu temannya Bever bertanya pada War.
"Belum. Kau tahu sangat sulit mencari pekerjaan parttime untuk mahasiswa akhir."
"Kamu harus berusaha."
"Terima kasih. Dan Bever maaf, aku masih harus menumpang di Kondomu karena aku belum mempunyai uang untuk menyewa Kondo baru."
"Tidak apa-apa. Tinggalah dengan nyaman. Setidaknya ruanganku menjadi sedikit ramai."
"Sekali lagi terima kasih."
Suasana di sebuah meja kantin Fakultas Bisnis tiba-tiba sunyi. Hanya suara dentingan sendok yang berada dalam piring.
"War." Panggil salah satu, Benz. "Apakah kau menyukai anak-anak? Hmmm mengurusnya juga?" Benz sedikit ragu dalam bicaranya.
"Hei Benz kau ingin melamar War menjadi ibu untuk anak-anakmu?" Canda Prat yang sukses mendapat pukulan sendok dengan keras oleh Benz.
"Prat aku tidak dapat membayangkan siapa yang menjadi ayahnya, mereka semua ibu. Haha." Canda lainnya, Win yang membuat satu meja lainnya tertawa, kecuali dua orang korban.
"Kalian gila." Sinis Benz.
"Dan kamu lebih gila karena berteman dengan orang gila." Timpal Prat.
"Bajingan." Maki Benz.
"Oke aku serius War." Sekarang fokusnya kembali ke War.
"Kenapa aku bertanya seperti itu karena teman kekasihku sedang membutuhkan seorang pengasuh anaknya yang berusia 4 tahun. Tenang dia akan memulai sekolahnya di pagi hari jadi setelah mengantarnya kau masih bisa untuk pergi ke kampus menemui profesor. Setelahnya kau akan menjemputnya dan mengasuh sampai orang tuanya pulang bekerja." Jelas Benz.
"Benz kau tahu sendiri aku tidak punya pengalaman manjadi pengasuh. Dan bagaimana aku harus membagi mengasuh anak dan pergi ke kampus?"
"Kalau misalnya kau diterima maka aku akan meminta Prom untuk berbicara dengan temannya."
"Apakah pelamarnya banyak?"
"Aku tidak tahu seberapa banyak. Karena bagaimanapun kau harus tetap mengukuti seleksi seperti lainnya."
"Aku tidak yakin mereka akan menerima pengasuh pria."
"Tenang, si kecil lebih menyukai seorang pria daripada wanita yang malah sibuk menggoda Daddynya." Jawab Benz "Mungkin juga kau bisa tergoda oleh Daddynya, atau sebaliknya dia tergoda oleh kemanisanmu. Hehe." Kekeh Benz diakhir kalimatnya sambil membayangkan seorang Hot Daddy, Yin.
End Flashback
Di depan War duduk 5 orang yang siap mewawancara. Tapi entah dimata War tidak ada seorang pria yang dikatakan Benz sebagai Hot Daddy.
"Jadi apakah Anda mempunyai pengalaman merawat seorang anak kecil?" Seorang wanita paruh baya dengan nuansa anggun bertanya.
"Saya tidak pernah sebelumnya bekerja sebagai seorang pengasuh, tapi saya mempunyai keponakan balita sehingga saya mempunyai pemahaman dan pengalaman bagaimana cara mengurusnya."
"Cucuku sangat pemilih dan bukan orang yang mudah dekat dengan orang lain. Bagaimana kamu mengatasinya?" Lagi wanita itu bertanya yang ternyata nenek dari si kecil yang akan di asuh.
"Saya telah bertemu dengan banyak tipe orang, bahkan anak-anak sekalipun saat saya bekerja sebagai pelayan cafe. Dari sini saya belajar bagaimana saya memahami karakteristik dari tiap-tiap orang. Bagaimana saya seharusnya bertindak dengan setiap karakter."
"Anda cukup percaya diri dalam menjawab. Bahkan beberapa tes tadi yang sudah diberikan Anda cukup cekatan bagaimana seharusnya Anda bertindak dalam mengasuh anak."
"Terima kasih atas sanjungannya, Nyonya."
"Tapi saya harus memastikan sesuatu hal yang penting. Apakah Anda tahu siapa anak yang harus Anda asuh dan siapa orang tuanya?"
"Mohon maaf Nyonya saya belum mencari tahu, karena informasi lowongan yang saya dapat tidak sampai menginfokan hal tersebut. Saya hanya tahu bahwa orang tuanya adalah pembisnis sehingga perlunya pengawasan terhadap anaknya."
War membodohi diri sendiri karena tidak mencari informasi secara detail. Bagaimana kalau dia penjahat atau ahh entahlah.
"Bagus itu lebih baik, karena apabila Anda mempunyai niat lain selain mengasuh dan bekerja, maka tidak segan-segan kami memberi perhitungan dengan Anda. Saya memperingatkan di awal." Suara tegas wanita tersebut membuat War cukup tegang.
"Baik Nyonya."
"Setelah ini kami akan berdiskusi tentang hasil tes dan wawancara. Terutama status Anda yang masih mahasiswa semester akhir. Tunggu kabar dari kami besok. Silakan Anda bisa kembali." Kali ini seorang pria yang berbicara, tapi War yakini itu bukan Hot Daddy yang dimaksud.
"Baik, terima kasih banyak." War memberi waii kepada mereka dan keluar dari ruangan yang luas tapi membuat sesak.
.
.
.
~oOo~
5 September 2020
riCHie_CHun
ความคิดเห็น