NC

คำเตือนเนื้อหา

เนื้อหาของเรื่องนี้อาจมีฉากหรือคำบรรยายที่ไม่เหมาะสม

  • มีการบรรยายฉากกิจกรรมทางเพศ
  • มีเนื้อหาที่เครียดหรือหดหู่มาก ซึ่งอาจกระทบต่อภาวะทางจิตใจ

เยาวชนที่มีอายุต่ำกว่า 18 ปี ควรใช้วิจารณญานในการอ่าน

กดยอมรับเพื่อเข้าสู่เนื้อหา หรือ อ่านเงื่อนไขเพิ่มเติม
ปิด
ตั้งค่าการอ่าน

ค่าเริ่มต้น

  • เลื่อนอัตโนมัติ
    Love In Room 099

    ลำดับตอนที่ #4 : Seperti takdir

    • อัปเดตล่าสุด 20 ก.พ. 66


    Daw berjalan menuju kantin bersama kedua sahabatnya sambil sesekali bersenda gurau. Saat di persimpangan jalan Daw melihat seseorang yang nyaris jatuh karna tertabrak. Spontan Daw menangkap tubuh orang itu sebelum ia jatuh kelantai. Terlihat orang yang menabrak itu tengah terburu-buru dan beberapa kali meminta maaf lalu berlari menjauh.

    Daw memperhatikan orang yang kini ada dalam pelukannya. Membuat Daw menyadari siapa yang kini tengah didekapnya. Daw tersenyum, dan semakin lama senyumnya semakin lebar. Kedua sahabatnya terkejut dan ikut tersenyum melihat apa yang tengah terjadi.

    Ice yang masih terkejut dengan apa yang dialaminya barusan hingga ia memejamkan matanya, perlahan ia membuka matanya. Dan melihat mata Daw yang berbinar, sesaat Ice tertegun dengan ketampanan Daw. Ice terbungkam, terpana melihat mahluk Tuhan yang begitu indah dihadapannya kini.

    "Akhirnya aku menemukanmu," ucap Daw setengah berbisik.

    Dan kalimat itu mampu membuat Ice mengembalikan kesadarannya. Ice sadar dengan posisinya yang tidak enak dilihat. Spontan Ice membenarkan posisinya dan membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Setelah itu Ice pergi meninggalkan Daw. Namun dengan cepat Daw menahannya dengan menangkap pergelangan tangan Ice. Ice yang mendapatkan perlakuan itu spontan berhenti dan melihat kearah pergelangan tangannya. Lalu menatap kearah Daw.

    "Kamu mau kemana?" Tanya Daw.

    Ice diam, dia tidak tau Daw berbicara apa. Ice hanya menatap wajah Daw. Mencoba mencari arti dari pertanyaan Daw dengan melihat ekspresi wajah Daw. Namun tetap saja Ice tidak mengerti. Akhirnya Ice menarik napas panjang dan menghembuskannya dari mulutnya. Lalu dia merapatkan kedua tangannya didepan dadanya. Kemudian ice sedikit menunduk untuk memberi ucapan terimakasih. Setelah itu Ice pergi berlalu meninggalkan Daw.

    Daw yang mendapatkan perlakuan itu tercengang bingung melihat tingkah Ice. Daw menatap sahabatnya dan menatap punggung Ice secara bergantian. Namun kedua sahabatnya hanya mengangkat bahu yang menandakan bahwa mereka juga bingung.

    "Sepertinya tidak akan mudah Daw," ucap Gan sembari merangkul pundak Daw.
    "Tapi ternyata dia lebih imut dari yang terakhir terlihat, wajahnya yang dingin dan sikapnya yang begitu acuh, aku yakin itu membuat sahabat kita satu ini semakin tertarik, apa aku salah Daw??" Tanya Earth yang juga merangkul pundak Daw.

    Daw hanya tersenyum, dan semakin lama senyumannya menjadi senyum smirk ciri khasnya.

    "Iya, dia menarik," kata Daw kemudian.

    *****                                                              

    Ice duduk di taman Fakultasnya. Mencoba untuk membuat cerita baru. Tangannya yang tak berhenti mengetik itu menari-nari diatas keyboard laptopnya. Namun pikiran Ice sedang terbang kemana-mana. Hingga dia menangkap kejadian yang baru dialaminya saat dia di tabrak oleh mahasiswa yang lewat dan dia diselamatkan oleh Daw.

    Ice menghentikan jari-jarinya yang menari-nari diatas keyboard laptopnya.

    "Aku seperti tidak asing dengan wajahnya, siapa dia ya? Seperti pernah melihatnya tapi dimana yaa," batin Ice.

    Larut Ice dalam lamunannya, hingga dia disadarkan oleh kehadiran tiga temannya itu.

    "Ice, what are you thinking about?" Tanya Flow sambil menepuk lembut pundak Ice. (Ice, apa yang kamu pikirkan?)

    Itu berhasil membuat lamunan Ice buyar dan hanya menjawab pertanyaan Flow dengan senyuman.

    "What are you writing Ice?" Tanya Nuea sembari mencoba membaca tulisan Ice yang menggunakan bahasa Indonesia. (Apa yang kamu tulis Ice?)

    "I'm just trying to make up a new story." Tulis Ice. (Aku hanya mencoba membuat cerita baru)
    "Seems interesting, but does it use Indonesian Ice?" Tanya Flow. (Sepertinya menarik, tapi apakah menggunakan bahasa Indonesia Ice?)

    Ice hanya mengangguk.

    "May I know your story Ice?"tanya Imo. (Bolehkah aku tahu ceritamu Ice?)

    Ice mencoba membaca kembali apa yang ditulisnya sejak tadi. Namun seketika dia terbelalak saat membaca isi dari apa yang ditulisnya. Flow yang melihat tingkah aneh Ice langsung mengeluarkan ponselnya dan mencoba memotret isi cerita Ice.

    "What are you doing Flow?" Tanya Ice kemudian.

    Membuat Flow sedikit kaget karna Ice membuka suaranya.

    "Hey you talking to me?" Ucap Flow sumringah.

    Dan itu membuat ketiga teman Ice tersenyum bahagia. Lalu tak lama Flow menunjukkan sesuatu dari ponselnya.

    "Look,I translated your writing into Thai, so I can read it," ucap Flow senang. (Lihat, aku menerjemahkan tulisanmu ke dalam bahasa Thailand, jadi aku bisa membacanya,)
    "Apa yang sedang ditulis Ice Flow?" Tanya Imo penasaran.
    "Dia menulis kisah tentang pertemuan pertama dengan seorang laki-laki di bar dan berakhir di ranjang," ucap Flow yang di akhiri dengan ekspresi terkejut.

    Lalu Flow, Imo dan Nuea menatap kearah Ice, yang terlihat mulai panik.

    "Ice, Can we ask you something?" Tanya Nuea. (Ice, Bisakah kami menanyakan sesuatu?)

    Ice mengangguk ragu.

    "Have you ever been treated badly in Thai?" Tanya Nuea ragu. (Pernahkah kamu diperlakukan buruk di Thailand?)

    Ice terdiam terlihat dia seperti memikirkan sesuatu hal yang membuatnya bingung dan ragu.

    "Ice, It's okay if you don't want to talk about it. We won't insist, but if you want to talk, we'll be ready to listen." Ucap Flow. (Ice, tidak apa-apa jika kamu tidak ingin membicarakannya. Kami tidak akan memaksa, tetapi jika kamu ingin berbicara, kami akan siap untuk mendengarkan.)

    "Terimakasih," ucap Ice menggunakan bahasa Thailand.
    "Can you teach me Thai, so I can talk to you?" Tambah Ice lagi. (Bisakah kalian mengajariku bahasa Thailand, jadi aku bisa berbicara dengan kalian?)

    Dan itu di sambut baik oleh ketiga temannya itu.

    *****

    Ice menuruni anak tangga sedikit terburu-buru karena ingin mencari buku di perpustakaan. Hingga ia tidak melihat saat di anak tangga terakhir dia langsung saja berbelok dan menabrak seseorang. Ice nyaris terjerembab kebelakang. Namun dengan cepat sepasang tangan menangkap tubuhnya dan menariknya dalam pelukannya. Ice terkejut dengan apa yang terjadi. Kedua pasang mata itu saling beradu pandang. Mata yang indah dan sangat menggemaskan. Kembali Ice terpana akan raut wajah yang kini berada sangat dekat dengan wajahnya. Membuat Ice menahan napasnya.

    "Kita bertemu kembali," ucap Daw. Ternyata Daw yang ditabrak oleh Ice. Dan lagi Daw menyelamatkan Ice.

    Ice terdiam masih diam menatap lekat wajah Daw yang begitu dekat dengannya. Napas Daw yang menerpa wajah Ice ketika dia berbicara membuat Ice semakin terpana. Aroma napas yang segar.

    "Perasaan apa ini? Mengapa jantungku berdebar kencang. Dan mengapa dia berada begitu dekat dengan wajahku. Membuat aku tak ingin bernapas," batin Ice.
    "Kamu selalu saja diam, tak pernah mau menjawab pertanyaanku," ucap Daw lagi.

    Dan kini Ice membenarkan posisinya karna tersadar dari lamunannya. Ice kembali mengkatupkan kedua belah telapak tangannya tanda permohonan maaf dan terimakasih. Setelah itu Ice pun beranjak dari sana dan hendak melanjutkan perjalanannya. Namun lagi-lagi tangan Ice di tahan oleh Daw. Kini tatapan Daw tajam mengarah kepada Ice. Ice yang mendapatkan perlakuan itu hanya diam memandangi lengannya yang mulai terasa sakit karna genggaman Daw semakin keras.

    Ice menatap mata Daw yang memandangnya begitu intens. Mencari jawaban atas apa sebenarnya yang dipikirin Daw.

    "Apa kamu bisu?" Tanya Daw lagi.

    Namun Ice masih diam. Dan tidak berapa lama ketiga teman Ice datang dan menghampiri Ice dan Daw. Dan memberi salam pada Daw.

    "Ada apa Ice?" Tanya Flow. Namun Ice hanya menggeleng.
    "Aku sudah 2 kali membantunya, tapi dia tidak mau berbicara padaku bahkan saat aku bertanya padanya, apakah dia bisu?" Tanya Daw mulai kesal.
    "Aaa maafkan Ice P'Daw, Ice belum mengerti bahasa Thailand, itu sebabnya dia hanya diam. Ice baru satu bulan lebih disini dan dia belum mengerti bahasa kita, jadi tolong maaf kan dia," jelas Flow lagi.
    "Terimakasih P'Daw sudah membantu Ice," tambah Imo yang begitu bahagia dapat berbicara dengan Daw.
    "Pantas saja dia diam saat aku bertanya, siapa tadi namanya? Ice?" Sama seperti namanya, sangat dingin." Ucap Daw.
    "Sekali lagi maafkan teman kami P'Daw. Dia tidak bermaksud apa-apa," ucap Nuea.
    "Tidak apa, jadi harus menggunakan bahasa apa untuk berbicara dengannya?" Tanya Daw lagi.
    "Kami selalu menggunakan bahasa Inggris," jawab Flow.

    Daw terdiam sejenak. Menelaah keadaan yang kini tengah dia hadapi.

    "Heii Ice, can I have your id line number please?" Tanya Daw kemudian. (Heii Ice, boleh minta nomor id linemu?

    Namun Ice masih diam. Hingga Daw menyodorkan ponselnya pada Ice dan sedikit memaksa Ice. Ice hanya diam namun dia memberikan Id Line pada Daw dengan sedikit bingung.

    "My name is Daw. Don't you remember me?" Tanya Daw lagi. (Nama saya Daw. Apakah kamu tidak ingat aku?)
    Dan Ice hanya menggeleng. Itu membuat Daw sedikit tercekat karna ternyata Ice tidak mengingatnya sama sekali. Lalu inisiatif Daw membisikkan sesuatu pada Ice.

    "Don't you remember room 099?" Bisik Daw dengan tersenyum smirk. (Apakah kamu tidak ingat kamar 099?)

    ติดตามเรื่องนี้
    เก็บเข้าคอลเล็กชัน

    ผู้อ่านนิยมอ่านต่อ ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    อีบุ๊ก ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    ความคิดเห็น

    ×