NC

คำเตือนเนื้อหา

เนื้อหาของเรื่องนี้อาจมีฉากหรือคำบรรยายที่ไม่เหมาะสม

  • มีการบรรยายฉากกิจกรรมทางเพศ
  • มีเนื้อหาที่เครียดหรือหดหู่มาก ซึ่งอาจกระทบต่อภาวะทางจิตใจ

เยาวชนที่มีอายุต่ำกว่า 18 ปี ควรใช้วิจารณญานในการอ่าน

กดยอมรับเพื่อเข้าสู่เนื้อหา หรือ อ่านเงื่อนไขเพิ่มเติม
ปิด
ตั้งค่าการอ่าน

ค่าเริ่มต้น

  • เลื่อนอัตโนมัติ
    Love In Room 099

    ลำดับตอนที่ #3 : bertemu kembali

    • อัปเดตล่าสุด 17 ก.พ. 66


    *****

    Sejak saat itu Daw dan kedua sahabatnya sering menghabiskan waktu untuk berkeliling ke Fakultas-fakultas yang ada di Universitas tempatnya kuliah hanya untuk mencari Ice. Sudah seminggu mereka berkeliling dan meninggalkan beberapa kelas karna selalu datang terlambat.

    Namun Daw tidak pernah patah semangat. Kegigihannya mengalahkan rasa putus asanya. Padahal kedua temannya berkali-kali memberi arahan untuk berhenti saja. Mereka khawatir itu akan membuat Daw kecewa.

    "Sudahlah Daw, kita bahkan sudah seminggu berkeliling ke Fakultas lain untuk mencarinya namun tidak membuahkan hasilkan? Apa kamu tidak lelah," tanya Gan saat mereka istirahat di kantin.

    "Kalian bisa berhenti menemaniku jika kalian lelah, aku akan melakukannya sendiri," jawab Daw santai sambil menyeruput minumannya.

    "Eeuii Bukan seperti itu Daw, kita hanya tidak ingin kamu nanti kecewa," tambah Earth.

    Daw diam dan acuh, asik menyeruput minumannya, seakan tidak peduli dengan apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya itu.

    "Meskipun aku nanti kecewa, tapi setidaknya aku telah berusaha hingga akhir untuk menemukannya," ucap Daw kemudian.

    "Benar-benar keras kepala," timpal Gan.

    Dan Daw hanya tersenyum smirk melihat kedua sahabatnya yang tidak habis fikir dengan pola pikirnya.

    "Eeuuiiii berhenti memperlihatkan senyuman menyeramkan itu, aku sangat merinding melihatnya. Akhir-akhir ini kamu selalu memperlihatkan senyuman jatuh cintamu itu," ucap Gan yang melihat senyuman khas Daw.

    Earth yang melihat hanya tertawa renyah. Begitu juga Daw yang melihat ekspresi dari sahabatnya itu.

    "Sudahlah. Ini sudah waktunya kita harus kepertandingan renang. Jangan sampai kita ketinggalan," tambah Earth kemudian.

    Dan mereka pun beranjak dari kantin untuk menuju tempat pertandingan renang.

    ***

    "Eeuuiiii hari ini ada pertandingan di klub renang. Aku ingin melihat Daw, Gun, dan Earth. Ayo kita kesana," rengek Imo saat mereka telah selesai jam kuliah.

    "Aaaa iya benar dan ini sudah hampir waktunya, ayo kita kesana untuk melihat perut-perut sixpack mereka yang bertelanjang dada, uuuu sangat membantu mencharge dayaku," tambah Flow centil.

    "Heuuii Flow dasar mesum," tambah Nuea.
    "Heuuii aku tidak mesum, itu hanya asupan untuk kami yang memerlukannya setelah jenuhnya perkuliahan ini," alasan Flow.

    Imo dan Nuea hanya tertawa melihat tingkah temannya itu.

    "Eehh Ice, will you come with us to the swimming club? We'll see a swimming match there." Tanya Nuea pada Ice. (Eehh Ice, maukah kamu ikut dengan kami ke klub renang? Kita akan melihat pertandingan renang disana)

    Ice hanya menggeleng tanda tidak ingin ikut.

    "Eeiii Do you have any activities after this Ice?" Tanya Flow dengan wajah memelas. (Eeiii Apakah kamu memiliki kegiatan setelah ini Ice?)

    Dan kembali Ice menggeleng.

    "Come on Ice come with us to see the game, na na na na naa," rengek Flow lagi sambil bergelendotan di lengan Ice. (Ayo Ice ikut kami untuk melihat pertandinganya, na na na na naa)

    "I don't like crowds" tulis Ice. (Aku tidak suka keramaian)
    "Just this once , na na na na," ucap Flow ketika membaca tulisan Ice. (Sekali ini saja, na na na na)
    "Come on Ice, if there will make you uncomfortable, then we will go." Tambah Nuea santai. (Ayo Ice, jika ada yang membuatmu tidak nyaman, maka kita akan pergi)

    Ice menarik napas panjang dan menghembuskannya. Lalu menatap ketiga temannya yang memelas padanya. Ice akhirnya mengangguk dan membuat ketiga teman-temannya itu meloncat kegirangan.

    "Aaiiiii Thank you my cute Ice" ucap Flow yang sangat gembira dan memeluk Ice. (Aaiiiiii Terima kasih Ice-ku yang lucu)

    Mereka pun bergegas menuju klub renang untuk melihat pertandingan. Sesampainya disana memang ramai namun masih membuat Ice baik-baik saja.

    "Disana, kita duduk disana saja," ajak Flow yang mendapatkan sport tempat duduk yang pas untuk mereka.

    Nuea menarik tangan Ice yang terlihat masih diam berdiri memperhatikan sekitarnya.

    Mereka duduk di barisan paling depan, terlihat ketiga teman Ice begitu bahagia, apalagi ketika para peserta mulai memasuki ruangan hanya dengan menggunakan celana renang dan aksesorisnya. Teriakan-teriakan mulai saling sahut menyahut. Membuat Ice mulai mengernyitkan dahinya. Ice mulai merasa pusing dan mual. Nuea yang melihat bahwa Ice sepertinya tidak nyaman pun mulai bertanya.

    "Ice, are you okay?" Tanya Nuea.

    Dan Ice hanya mengangguk pelan.

    "Lihatlah, dia sangat imut dan lucu, tapi sayang dia sangat pendiam. Bahkan aku saja tidak pernah mendengarnya berbicara. Apakah dia bisu?" Ucap seorang wanita yang berada dibekalang mereka duduk sedang membicarakan Ice.

    Spontan Imo dan Flow menoleh kebelakang dan memberikan ekspresi yang ketus.

    "Eeiii hati-hati jika berbicara ya." Bentak Flow yang tidak suka dengan apa yang mereka ucapkan.
    "Kenapa?" Tanya Nuea.
    "Dia mengatakan Ice bisu karna tidak pernah mau berbicara." Jawab Flow yang kesal.
    "Sudahlah abaikan saja, kita kesini untuk melihat pertandingan, bukan untuk bertengkar," lerai Nuea lagi.
    "Lihat-lihat itu Daw, Gun dan Earth. Aaww mereka sangat seksi," teriak Imo ketika idola mereka memasuki ruangan.

    Dan tidak hanya mereka saja yang berteriak namun semua yang ada didalam ruangan itupun berteriak melihat Daw dan sahabat-sahabatnya memasuki ruangan.

    Membuat Ice semakin tidak nyaman berada disana.

    Terlihat Daw mengarahkan pandangannya. Dan melihat Ice yang tengah duduk dibarisan paling depan. Daw tercekat melihat apa yang ada didepannya. Seketika Daw ingin berlari menuju bangku penonton dan menghampirinya. Namun dengan cepat kedua sahabatnya menahannya.

    "Kamu mau kemana Daw, pertandingan segera dimulai," cegah Gan.
    "Disana aku melihatnya disana," ucap Daw bersemangat.

    Terlihat kedua sahabatnya melihat arah yang ditunjuk oleh Daw. Memang benar itu pria yang Daw temui kala itu.

    "Tapi kita tidak bisa pergi sebelum pertandingan selesai. Mari kita selesaikan dulu pertandingan ini, baru setelah itu kita akan menghampirinya," tambah Earth.
    "Nanti dia hilang lagi," ucap Daw.
    "Daw, kita membawa nama Fakultas," tambah Gan lagi.

    Dan Daw tidak bisa lagi bersikeras dengan apa yang ingin dia lakukan. Dengan kesal dia melepas baju yang menutupi badan dan bersiap untuk mengikuti pertandingan.

    Namun matanya masih terus mencuri pandangan kearah Ice yang sepertinya tidak memperhatikannya.

    Ice yang semakin tidak nyaman dengan suara keramaian itu mencoba untuk pergi dari sana. Dia menuliskan sesuatu di kertas dan memberikannya pada ketiga temannya.

    "Aku harus ketoilet dulu," tulis Ice.
    "Are you okay Ice, your face is pale," tanya Nuea. (Apakah kamu baik-baik saja Ice, wajahmu pucat)

    Dan Ice hanya mengangguk lalu Ice pun bergegas untuk pergi keluar dari ruangan itu.

    Pertandingan pun di mulai dan seperti biasa Fakultas Daw dan kedua sahabatnya kembali memenangkan pertandingan. Namun setelah pertandingan usai, Daw tidak bisa lagi menemukan sosok Ice disana. Bahkan teman-teman yang bersama Ice pun sudah tidak ada lagi. Daw mencari-cari mereka dengan terus celingak-celinguk.

    "Ada apa Daw," tanya Earth.
    "Aku kembali kehilangan dia," jawab Daw kesal.

    Kedua sahabatnya hanya tertawa melihat tingkah Daw yang begitu kesal.

    "Aku ingin tau dia dari fakultas mana, sepertinya dia dari tahun pertama," kata Daw lagi.
    "Mereka dari Fakultas Seni. Dan memang tahun pertama," ucap Gan.
    "Bagaimana kamu mengetahuinya?" Tanya Earth heran.
    "Hahaha itu mudah untuk dicari tau." Jawab Gan singkat.
    "Fakultas Seni," kata Daw lagi.

    Dan Gan hanya mengangguk.

    "Kita akan bertemu kembali," ucap Daw kemudian tersenyum smirk.
    "Ayo kita berganti pakaian, aku lapar," ajak Earth kemudian.

    *****

    "Ice, are you okay?" Tanya Flow saat melihat Ice duduk di taman dekat klub renang sambil menulis.

    Ice hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Flow.

    "Why don't you come back in after going to the toilet?" Tanya Nuea. (Mengapa kamu tidak kembali setelah pergi ke toilet?)

    Ice mengambil kertas kecil dan menuliskan sesuatu.

    "I got dizzy and nauseous when I heard the loud noise, so I decided to wait for you here." Tulis Ice. (Saya pusing dan mual ketika mendengar suara keras, jadi saya memutuskan untuk menunggu kalian di sini.)
    "Eeiii You should have said that you have trauma to crowds." Tulis Flow. (Eeiii Anda seharusnya mengatakan bahwa Anda memiliki trauma terhadap orang banyak.)
    "Dia terlihat pucat, apa kita bawa dia ke klinik saja?" Tanya Imo pada kedua temannya.
    "Ice Are you sure you're okay? Or shall we take you to the clinic?" Ucap Nuea. (Ice Apakah kamu yakin baik-baik saja? Atau akankah kami membawa kamu ke klinik?)

    Ice hanya mengangguk dan mencoba tersenyum.

    "Okay fine then let's go to the canteen and find something to eat." Ajak Imo. (Oke baiklah kalau begitu mari kita pergi ke kantin dan mencari sesuatu untuk dimakan.)

    Flow pun menggandeng tangan Ice dan menuntunnya kekantin.

    Mereka pun jalan menuju kantin untuk makan siang disana. Sambil bersenda gurau sesekali mereka berlarian dan tertawa.

    Ice hanya memperhatikan teman-temannya dan sesekali hanya tersenyum melihat tingkah dari teman-temannya.

    "Ternyata disini tidak seburuk yang ku fikirkan," gumam Ice.
    "Kurasa aku harus belajar memahami bahasa mereka, agar aku bisa berkomunikasi dengan baik," tambah Ice dalam batinnya.
    "Eeuuiiii Ice, quicken your pace, I'm already hungry. What are you thinking?," Tanya Imo yang melihat Ice tertinggal di belakang mereka. (Eeuuiiii Ice, percepat langkahmu, aku sudah lapar. Apa yang kamu pikirkan?)

    Imo kembali menghampiri Ice dan menggandeng tangannya. Ice hanya menggeleng dan tersenyum.

    Sesampainya dikantin Ice memilih menitipkan barang-barangnya pada teman-temannya karna dia ingin ke toilet.

    "Aku senang melihat Ice belakangan ini mau sering tersenyum. Sejak awal aku melihatnya, wajahnya terlihat seperti menyimpan begitu banyak beban. Aku sangat ingin mendekatinya dan menyapanya. Tapi rasa takut ketika melihat sorot matanya yang seperti menyimpan amarah." Ice berjalan menjauhi mereka. 

    "Aku juga bersyukur ternyata Ice tidak sedingin yang terlihat, mungkin memang hanya masalah bahasa saja makanya dia menutup diri." Tambah Nuea. 

    "Kita harus berada di sisi Ice dan menjadi sahabatnya, jangan biarkan dia diganggu oleh orang lain," lanjut Imo yang bersemangat. Saya

    ติดตามเรื่องนี้
    เก็บเข้าคอลเล็กชัน

    ผู้อ่านนิยมอ่านต่อ ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    อีบุ๊ก ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    ความคิดเห็น

    ×