NC

คำเตือนเนื้อหา

เนื้อหาของเรื่องนี้อาจมีฉากหรือคำบรรยายที่ไม่เหมาะสม

  • มีการบรรยายฉากกิจกรรมทางเพศ
  • มีเนื้อหาที่เครียดหรือหดหู่มาก ซึ่งอาจกระทบต่อภาวะทางจิตใจ

เยาวชนที่มีอายุต่ำกว่า 18 ปี ควรใช้วิจารณญานในการอ่าน

กดยอมรับเพื่อเข้าสู่เนื้อหา หรือ อ่านเงื่อนไขเพิ่มเติม
ปิด
ตั้งค่าการอ่าน

ค่าเริ่มต้น

  • เลื่อนอัตโนมัติ
    Love In Room 099

    ลำดับตอนที่ #1 : Smirk (Ah mencium pertamaku)

    • อัปเดตล่าสุด 2 ก.พ. 66


    Glek..

    Segelas minuman beralkohol itu melesat cepat melewati tenggorokannya hanya dengan sekali teguk.

    Tak...

    Terdengar nyaring bunyi gelas minuman itu di hentakkan pada meja bar. Kemudian menuangkan lagi isi botol minuman beralkohol itu pada gelas kosongnya dan diteguknya lagi dengan sekali telan. Ia pun berkali-kali mengernyitkan dahinya kala merespon minuman itu melewati kerongkongannya. Rasa pahit dari minuman itu tak lagi dihiraukannya.

    Bartender yang bertugas didepannya mencoba untuk mengentikan apa yang dilakukannya sejak satu jam yang lalu.

    "Kamu sudah terlalu banyak minum, lebih baik berhenti, atau kamu nanti akan mati." Ucap bartender tampan didepannya itu.

    Namun ucapan bartender itu tak dihiraukan olehnya, ia hanya cuek dan terus melakukan kegiatan menenggak minuman itu. Itu sudah botol kelima sejak dia mulai memesan minumannya.

    Sudah jelas terlihat kini bahwa dia sudah setengah sadar, badannya yang mulai sempoyongan, matanya yang mulai sayu, bahkan wajahnya sudah memerah. Pertanda jelas bahwa dia sudah dalam pengaruh alkohol itu.

    Namun ia masih belum mau berhenti dari kegiatannya itu, seolah-olah ingin melupakan sesuatu yang sangat mengganggu dan membebaninya.

    Rentetan kejadian dari masalahnya terngiang kembali, membuat emosinya kembali tersulut dan semakin menjadi menenggak minumannya.

    Masalah yang membuatnya kini berakhir di Negara yang tidak dia inginkan.

    *****

    Namanya Ice Kraisee, Pria asal Indonesia yang kini berada di Bangkok. Sengaja dikirim orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di salah satu Fakultas yang berada di Bangkok. Padahal sama sekali Ice tidak bisa bahasa Thailand dan tidak mau belajar bahasa mereka.

    Semua berawal ketika Ice sudah masuk ujian kelulusan SMA. Saat itu Ice yang dikenal sangat pendiam dan jarang sekali mau diajak bicara itu dipaksa melanjutkan kuliahnya di Bangkok. Ice berusaha menolak karna dia memang tidak ingin kesana. Ice hanya ingin melanjutkan pendidikannya di Indonesia saja. Namun Ibu Ice memaksa Ice untuk melanjutkan pendidikannya di Bangkok. Dimana negara itu menjadi negara favorit sang Ibu. Namun Ice bersikeras tidak ingin kesana.

    Hingga tepat dihari terakhir ujian kelulusannya Ibu Ice masuk rumah sakit karena gagal jantung. Membuat Ice sangat menyesal dan terpaksa mengikuti kemauan dari Ibunya. Karna Ice tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pada sang Ibu.

    Namun karna semua itu, menjadikan Ice semakin Dingin dan pendiam. Dia memilih menyendiri dan tak ingin berbicara pada siapapun. Hari-harinya di habiskan dengan menulis cerita dan menulis puisi.

    Setelah kelulusan, Ice memilih Fakultas Seni di Bangkok. Hal itu membuat sang Ibu sangat senang dan mendukungnya. Tak lama Ice terbang ke Bangkok meninggalkan Indonesia dan tinggal di Kondominium yang tak jauh dari Fakultasnya.

    Dia menatap seragamnya yang tergantung rapi didepan lemari pakaiannya. Dengan wajah datar dan dingin, Ice hanya terdiam dengan sejuta amarah yang tak bisa ia luapkan.

    Hingga akhirnya Ice yang masih berumur 18 tahun itu memutuskan untuk pergi ke bar untuk minum.

    Dan disinilah Ice sekarang. Dengan wajah yang memerah, mata yang sayu, bahkan penglihatan yang sudah mulai tidak jelas. Masih mencoba untuk menenggak minumannya.

    Tak jauh dari tempat duduk Ice, terlihat seorang pria menatap kearah Ice. Sepertinya pria itu tertarik pada Ice. Terlihat dari tatapannya yang tak lepas menatap kearah Ice. Pria yang sangat manis, juga tampan.

    "Hei Daw.. Kau tertarik padanya?" Tanya Gan yang memperhatikan temannya terus menatap pria yang duduk didepan meja bar itu.

    Daw yang ditanya hanya tersenyum smirk. Senyuman itu adalah tanda bahwa Daw tertarik pada sesuatu.

    "Eeyyy.. Lihat senyuman itu, sudah sangat lama aku tak melihat senyuman khas ketertarikan itu Daw," tambah Earth.

    Daw hanya tersenyum dan melempar Earth dengan cemilan yang dipegangnya.

    "Tapi Daw, sepertinya dia bukan orang kita. Terlihat dari cara berpakaiannya dan juga wajahnya yang sepertinya orang asing." Terka Gan sembari ikut mengamati.

    "Ada benarnya kata Gan Daw, dia orang asing. Tapi dia sangat imut Daw, sepertinya lucu, lihatlah betapa mungilnya dia. Aku saja yang melihatnya mabuk seperti itu sangat menggemaskan." Lanjut Earth.

    "Aku harus mendapatkannya," ucap Daw dengan senyuman smirknya.

    Sedangkan Ice yang sudah mabuk itu merasakan mual. Dan segera berlari ketoilet dengan sempoyongan. Setelah cukup memuntahkan nyaris seluruh minuman yang diminumnya tadi, Ice mencoba untuk berdiri dan mencuci wajahnya di washtafel toilet itu.

    Setelah membasuh wajahnya, Ice menatap dirinya didepan cermin itu. Ice melihat seorang pria berdiri dibelakangnya dengan melipat kedua tangannya didepan dadanya dan bersandar pada pintu toilet. Menatap kearah Ice dengan tatapan yang dapat membuat siapa saja melihatnya pasti bergidik. Mata yang tajam namun juga sangat mempesona, senyuman smirk yang sinis namun sangat manis. Wajah yang berkarisma namun juga sangat cantik.

    Mampu membuat Ice terpaku beberapa waktu menatap pria yang berdiri dibelakangnya itu melalui cermin.

    "Indah sekali dia, dia tampan tapi juga cantik." Gumam Ice.

    Akhirnya pria itu berjalan mendekati Ice yang kesadarannya hanya tinggal sekitar 45% itu. Daw, iya pria itu adalah Daw. Daw mendekati Ice yang tingginya hanya dibawah dagu Daw. Ice melihat Daw dari balik cermin dengan tatapan yang sayu.

    "Kamu benar-benar imut sekali," bisik Daw pada Ice.

    Namun Ice yang tidak mengerti bahasa Thailand hanya diam dan menatap kearah Daw.

    "Siapa namamu?" Tanya Daw.

    Namun lagi-lagi Ice hanya diam. Dan mencoba berbalik untuk segera pergi dari sana. Namun ketika dia berbalik, dada Daw lah yang ditabrak Ice. Membuat Ice mendongakkan wajahnya menatap wajah Daw. Daw tersenyum melihat Ice yang mabuk itu. Daw menggapit dagu Ice dengan jarinya. Sedikit memiringkan wajahnya dan mendekatkannya pada Ice. Daw menatap lekat bibir indah milik Ice.

    "Mengapa kamu tidak mau berbicara padaku?" Tanya Daw lagi.

    Namun Ice masih diam dan hanya menatap Daw dengan tatapan sayunya. Ice melihat bibir Daw mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti olehnya. Bibir itu membuat Ice ingin menciumnya. Sangat menggairahkan. Pikiran dan batin Ice bertengkar.

    "Bibirnya menggemaskan sekali, aku sangat ingin menciumnya, tapi dia pria. Aahhh otakku sudah gila sepertinya karna aku terlalu banyak minum, aku harus kembali ke kamarku. Besok hari pertama aku kuliah," batin Ice.

    Namun belum sempat Ice bergerak Daw lebih dulu menyambar bibir Ice, membuat Ice sedikit terperanjat, namun sesaat kemudian dia memejamkan matanya. Pikirannya ingin meronta dan menolak. Namun batinnya merasakan sesuatu hal yang lain.

    "Bibirnya lembut sekali," batin Ice.

    Ice menikmati lumatan itu, sangat membuatnya menjadi candu. Ice bahkan menahan napasnya karna dia seperti tidak tau cara bernapas. Membuat Daw menghentikan aktifitas itu dan menatap Ice. Ice segera bernapas dengan tersengal-sengal.

    "Mengapa kamu menahan napas? Apa kamu ingin mati?" Tanya Daw mengusap lembut wajah Ice.

    Namun pandangan Ice mulai gelap dan Ice tidak mengingat apapun lagi.

    Daw yang kaget melihat Ice pingsan langsung membawa Ice keluar dari bar itu. Dan meminta teman-temannya membayar minuman Ice. Niat Daw ingin membawa Ice kerumah sakit. Namun ketika didalam mobil Ice sadar dari pingsannya tapi tidak membuka matanya. Hanya mengerang dan menggerakkan badannya. Lalu tertidur.

    Hal itu membuat Daw terkekeh dan mengusap kepala Ice.

    ***

    Dikamar Daw.

    Ice dibaringkan diatas tempat tidur Daw. Terlihat Ice yang seperti anak bayi baru di lepas dari bedongannya. Menggeliatkan badannya, membuat kemeja yang dipakainya tertarik keatas dan memperlihatkan sedikit perut mulusnya. Daw yang melihat itu terpana dan mendekati Ice. Menyentuh perut mulus itu dan mengusapnya lembut. Sang pemilik terlihat sedikit mengerang. Membuat Daw semakin bersemangat untuk bermain-main. Tangan Daw dengan lembut menyusup dibalik kemeja milik Ice, mengusap-usap lembut. Daw menatap wajah Ice.

    "Kamu benar-benar imut. Aku sangat menginginkanmu." Ucap Daw pelan sembari membelai wajah Ice.

    Ice membuka matanya perlahan, dan mendapati wajah Daw begitu dekat dengan wajahnya. Tatapan Ice menatap lekat wajah Daw. Jemarinya membelai wajah Daw. Dimulai dari membelai poni Daw yang menutupi keningnya, turun membelai mata tajam namun indah milik Daw. Terus turun ke hidung Daw dan berakhir dibibir Daw. Ice membelai bibir indah Daw. Membuat Daw tak bisa lagi menahan hasratnya dan kembali mencium bibir Ice. Ice yang mendapatkan perlakuan itu hanya diam dan memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan-sentuhan yang diberikan Daw padanya.

    "Mimpi yang aneh," batin Ice.

    *****

    Pagi itu Ice membuka matanya perlahan. Karna merasakan deru nafas yang menerpa wajahnya. Mencoba memperjelas penglihatannya. Saat kesadarannya sepenuhnya telah kembali. Dia melihat tepat didepan wajahnya, dada seseorang yang tengah merangkulnya. Membuat Ice membelakkan matanya. Dan perlahan mendongak keatas untuk melihat siapa pemilik tubuh itu.

    Ice terdiam ketika menatap wajah pria yang masih lelap tertidur memeluk tubuh mungilnya. Ice bingung dengan kondisi yang sedang dia alami saat ini. Untuk beberapa waktu Ice hanya bisa diam menatap wajah pria tampan yang tengah terlelap itu.

    Hingga kesadarannya sepenuhnya telah kembali. Ice terbelalak, dia panik namun mencoba untuk tetap tenang agar tidak membangunkan pria itu. Dalam kepanikannya, perlahan Ice melepaskan pelukan pria itu. Dan mencoba turun dari tempat tidur itu.

    Namun ketika Ice mencoba untuk duduk dan turun, dia merasakan sakit pada bokongnya. Seketika Ice menutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangannya agar tidak berteriak. Namun saat tangannya menyentuh bibirnya, sekali lagi Ice merasakan perih, namun kini pada bagian bibirnya. Ice berusaha untuk tetap tenang meskipun kepanikan itu semakin menguasainnya. Semakin membuat Ice bingung dengan apa yang dialaminya ketika dia berdiri namun dia sadar bahwa dia tak mengenakan sehelai benang pun. Ice yang berdiri mematung itu menatap kearah pria yang masih terlelap ditempat tidur itu dengan tatapan yang sangat dingin.

    Ice mencoba memungut pakaiannya dan mengenakannya. Lalu mengendap-endap keluar dari tempat itu. Sebelum Ice beranjak pergi, Ice menoleh kearah pintu kamar yang sudah tertutup itu. Terlihat angka 099.

    "Sial!!!" Maki Ice kesal.
     "Ooiiiihh dia mencuri ciuman pertamaku," umpat Ice lagi.

    Lalu dia berlari menjauh meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Dan kembali ke Kondominium miliknya.

    Sedangkan Daw yang masih terlelap dikamar, mulai terbangun ketika tangannya tak menemukan apa yang ingin ia sentuh. Daw membuka matanya dan melihat bahwa di sana hanya dia sendiri. Daw bangun dan mencari-cari pria yang tidur bersamanya semalam. Namun tak ditemukan lagi jejaknya.

    "Aaahhhh sial, kenapa kamu kabur. Aku bahkan tidak tau siapa namamu," ucap Daw kesal.

    *****

    ติดตามเรื่องนี้
    เก็บเข้าคอลเล็กชัน

    ผู้อ่านนิยมอ่านต่อ ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    อีบุ๊ก ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    ความคิดเห็น

    ×