ตั้งค่าการอ่าน

ค่าเริ่มต้น

  • เลื่อนอัตโนมัติ
    Obsession || VeeMark / YinWar [Special]

    ลำดับตอนที่ #2 : Bab 13 - Hurt

    • อัปเดตล่าสุด 16 พ.ย. 64


    WARNING -18

    Adegan dibawah ini bukan adegan bercinta tetapi seks. Bagi yang tidak berkenan dengan berhubungan tanpa saling menikmati silakan skip saja.

    Saya tidak bisa menulis adegan enceh, jadi jika kurang nikmat maka buatlah kenikmatan sendiri. 555

     

    ~Mark Masa~

     

    Maafkan Mark, Maaf Phi.

    Kalimat itu ingin aku ucap terus, tapi lidah kelu, bibir ini kaku. Hatiku pilu, tapi kekasihku pasti lebih dari itu.

    Kekasih?

    Pantaskah aku disebut kekasih setelah melakukan hal yang menyakiti? Tapi sungguh aku berani bersumpah, aku tidak ada hubungan apapun dengan orang lain. Hanya P'Vee, selalu P'Vee, selamanya P'Vee.

    Krett

    Di balik pintu, muncul P'Vee yang sudah bertelanjang. Tiba-tiba ada perasaan takut. P'Vee dalam keadaan marah dan itu pasti bukan sesuatu baik.

    Dia mengisi bak mandi dengan air penuh. Dia masuk hingga air memenuhi tubuh telanjangnya.

    "Bergabunglah!"

    Suara perintah dengan suara rendah itu menakutkan. Namun aku bisa apa? Melepas semua pakaian basahku, biarkan tergeletak di lantai kamar mandi. Sebelum tubuh ikut bergabung, tangan masuk merasakan air, ini dingin. Aku tidak bisa membantah, tubuh menggigil masuk kedalam air, membuatku seperti mati membeku.

    Aku masih berdiri di tengah air. Jika ini keadaan normal, pasti tubuhku masuk kedalam pelukan tubuh besar yang bersandar di pinggiran bak mandi. Berbagi kehangatan.

    P'Vee mengangkat tubuhnya duduk di bibir bak mandi. Melebarkan kakinya hingga seluruh tubuh jelas aku lihat. Tangan itu terulur meminta aku mendekat. Menekan tubuhku untuk merangkak hingga wajahku tepat dihadapan miliknya. Kepalaku ia tarik membuat mulut tahu kearah mana dia inginkan.

    Rasanya berbeda. Aku tidak menyukai ini. Ketika aku mengulum miliknya, tidak ada rancauan nikmat yang keluar dari mulut yang biasanya memujiku. Dia diam, aku yang sibuk memaju mundurkan kepala. Aku juga tidak menikmati apa yang aku lakukan. Hal yang aku lakukan ini bukan sesuatu yang baru, tetapi rasa itu terasa asing. Terlalu hambar.

    Plop

    Dengan paksa dia mendorong kepalaku. Aku hanya bisa menunduk. Apalagi yang dia ingin aku lakukan?

    Posisi P'Vee sudah kembali jatuh masuk kedalam air. Dia memegang pinggangku, mengelus dan meremat pantatku.

    "Masuk, dan bergeraklah seperti biasanya."

    Aku masih diam melihat sosoknya. P'Vee meminta tapi wajah itu masih datar. Kami tidak melakukan foreplay apapun. Dia tidak membuatku nyaman melakukan semua itu. Gairah bercintaku tidak muncul.

    "ARGH.."

    Ini sangat sakit. Lubangku belum licin. Terlalu perih. Seakan robek ditusuk benda tumpul. Dengan paksa dia memintaku melayaninya. Apakah ini siksaan?

    Sakit itu semakin menjadi saat aku ingin menciumnya. Dia menolak, memalingkan kepala. Bukankah aku sama seperti jalang yang hanya memuaskan nafsunya tanpa ada perasaan didalamnya?

    "Nghh..."

    Terus aku bergerak, P'Vee tetap diam. Aku mencoba mendesah, dia tak mengeluarkan suara. Matanya masih tajam menatap. Bahkan air mataku yang mengalir pun tidak mampu meluluhkan.

    "Ahhhh..." Baru setelah pelepasan, aku mendengar suara kenikmatan.

    Tiba-tiba sebelah bibir itu menyungging senyum menyeramkan. Dia menekan pipiku, menariknya tepat di wajah keras itu.

    "Mark tahu kan Phi sangat mencintai Mark. Phi sangat terobsesi dengan Mark. Tapi- tapi kenapa Mark menghianati Phi? Apa Mark takut dengan obsesi Phi? Hanya Phi yang boleh memiliki Mark, tidak boleh yang lain. Paham?"

    Tekanan pada pipiku membuatku tidak bisa membalas apapun. Aku sangat tahu P'Vee mencintaiku hingga obsesi. Tapi perkataan tentang menghianati adalah omong kosong. Aku miliknya, aku terobsesi untuk dimiliki P'Vee.

    "Ugh..."

    Setelah bebas dari tekanan jari P'Vee, tangan itu menarikku keluar bak mandi. Dihadapkan tubuh telanjangku di depan cermin kamar mandi. Pantulan diriku yang menyedihkan, dan pantulan P'Vee yang menakutkan.

    "Uhh..."

    Kembali miliknya masuk ke dalam lubangku tanpa aba-aba. Dibelakang sana P'Vee bergerak sangat liar. Tanganku hanya mampu bertumpu di wastafel, berharap itu tak jatuh karena lemas.

    Aku tahu P'Vee bukanlah orang baik. Aku tahu P'Vee sangatlah kejam. Tapi aku tidak tahu bahwa sifat iblisnya ia tunjukan padaku. Dia buas dan tak terkendali.

    Sakit pada lubangku lebih sakit dari pertama kali kami melakukan. Itu merobek setiap dinding. Tidak ada nikmat, tidak ada perasaan.

    "Apa ada orang lain yang juga menikmati tubuh Mark?"

    "TIDAK!"

    "Ah begitukah? Apa bisa Phi percaya setelah semua yang Phi tahu?"

    "Hiks.... Demi Tuhan Phi, demi Tuhan. Hiks~ Mark tidak pernah bersama orang lain, Mark tidak mencintai siapapun. Mark- Mark- Hiks…"

    Aku menangis terisak-isak. Menangisi sakit pada tubuhku. Menangis sakit pada hatiku.

    "Kalau begitu, katakan siapa pemilik Mark?" Dengan arogan dia masih menghentak keras.

    "Anghh... Mark milik P'Vee, Anghh..." Hentakan itu semakin menjadi. "Mark milik P'Vee, hanya P'Vee."

    "Uhh anak baik."

    Aku melihat diriku kini tak jauh berbeda dengan jalang. Melakukan karena birahi liar. Aku merindukan sosok yang akan bersikap lembut, sosok yang memberikan aku kenyaman, sosok yang berjanji menjagaku, sosok yang tidak bisa menyakitiku. Mungkin semua kini akan menjadi kenangan, sebab kesalahan bodoh yang aku berbuat.

    "Lihat wajah di cermin itu. Ingat! Tunjukan wajah menggairahkan itu hanya untuk Phi. Phi tidak suka berbagi."

    Kamar mandi bukan menjadi kenangan manis lagi, tapi telah ditumpuki dengan pahit. Kali ini aku tidak merasakan meneguk surgawi, tapi seperti siksaan neraka.

    "Kali ini, dimata Phi, Mark kekasih Phi, atau seorang jalang?"

    ~oOo~

    Kuraba-raba seluruh tubuhku yang tanpa pakaian. Hanya selimut tebal yang membalut tubuh. Tidak ada sosok yang biasanya menemaniku tidur. Dia meninggalkan sendiri di kamar luas ini.

    Jika biasanya, setelah kami berhubungan dia dengan lembut membersihkan tubuhku. Menggantikan aku pakaian tidur yang nyaman. Ikut berbaring di sampingku, memelukku hingga lelap. Semua sirna. Dia memilih meninggalkan aku, tidur di kamar lain yang entah dimana.

    Krett

    Dia masuk. Harum bubur menyeruak hidung. Dia duduk di belakang punggungku. Tidak sudikah untuk sekedar menatapku?

    "Phi pergi ke kampus. Phi menyiapkan sebakos air hangat dan pakaian baru. Ada bubur dan obat perada panas. Hm gunakan salepnya juga."

    Klekk

    "Phi?" Aku memandangi punggungnya. Tangan itu masih setia pada kenop pintu. Tidak berbalik untuk sekedar menjawabku. "Phi tidak percaya Mark? Mark minta maaf karena membohongi Phi. Tapi Demi Tuhan, Mark tidak pernah menghianati Phi."

    Brakk

    "Hiks~"

    Lagi. Aku menangis. Dia pergi tanpa mau mendengar penjelasanku. Dosaku ini tidak bisakah untuk diampuni? Aku juga sakit Phi.

    "Mark ingin dimandikan Phi. Mark ingin Phi memakaikan pakaian untuk Mark. Mark ingin Phi meniup bubur dan menyuapi Mark. Mark ingin Phi sendiri yang memaksa Mark menelan pil, dan menggoda Mark saat mengoles salep. Hiks~ Mark hanya ingin perhatian Phi."

    Suara isakku berubah menjadi tangis. Aku sendiri di penthouse luas ini tidak perlu sungkan berteriak seperti anak kecil. Bisakah P'Vee mendengar penjelasanku? Aku mohon dengan sangat maafkan aku, dengarkan aku.

    Gelap. Tidak ada cahaya. Dibalik tirai, mengintip langit sudah berganti malam. Aku raba tubuh telanjangku sangat panas. Yeah, aku seharian tertidur. Tidak mengindahkan perintah dari Phi.

    Krett
    Klik

    Pintu terbuka, lampu menyala. Silaunya berhasil menghunus mataku. Sosok itu berjalan ke arahku, hanya menatap sebentar, kemudian pergi membawa baskom dan bubur yang semua sudah dingin.

    Aku masih memandangi pintu yang terbuka. Berharap dia akan kembali dengan wujud kekasihku. Tapi nihil dia datang masih berwajah datar. Dengan sebaskom air hangat baru.

    Dia telaten mengelap tubuhku yang lengket. Semalam kemarin berhasil tubuh ini di guyur hujan, kemudian bermandikan keringat seks bukan bercinta. Tidak sempat untuk benar-benar mandi membersihkan diri hingga waktu menjelang petang.

    P'Vee mengoles salep pada lubangku. Piyama panjang, syal pemberian paman War, ia gunakan di tubuhku. Kemudian pergi lagi dan kembali dengan bubur yang mengepulkan asap. Harapanku seharian tak sia-sia, bubur yang ia bawa adalah favoritku. Bau khas yang menyeruak familiar di hidungku. P'Vee meniupkan bubur itu dan menyuapi dengan pelan. Rasa yang masuk dalam mulutku sangat aku kenal. Bubur ini P'Vee sendiri yang memasak.

    "Phi sudah bilang ke James untuk mengizinkan Mark tidak pergi ke kelas. Phi juga meminta surat keterangan sakit dari Paman Win, dan Paman memberikan obat untuk Mark minum."

    Aku menelan semua pil yang Phi berikan. Kemudian Phi memeriksa kembali suhu tubuhku dengan termometer.

    "Mau kemana?" Cegatku.

    "Pergi mencari udara diluar."

    "Jika Mark memohon Phi tinggal bisakah Phi kabulkan?"

    "Phi tidak bisa."

    "Mark mohon Phi. Mark akan menceritakan semua yang ingin Phi tahu. Mark tidak akan berbohong. Mark-"

    "Mark sudahlah." P'Vee memotong perkataanku. Apakah dia sudah muak denganku? "Phi perlu tenang, Mark juga masih sakit. Jadi lebih baik untuk saat ini tidak perlu membahas itu."

    Brakk

    Pergi lagi setelah dia membersihkan diri dan berganti kemeja santai.

    Semalaman aku menunggu. Menunggu dia yang tak kunjung pulang. Seharian aku sudah tertidur, maka tidak bisa aku tertidur lagi. Mataku masih terbuka lebar berharap P'Vee ada dipandanganku. Berkali-kali aku melihat jam di nakas. Sudah larut.

    Aku memilih beranjak dengan tertatih. Keluar kamar mengelili setiap sudut penthouse. Dari kamar orang tuanya, kamar Nong-nong, kamar tamu, ruang kerja bahkan gudang. Nihil. P'Vee tidak ada dimanapun.

    Aku duduk di sofa ruang tamu. Menggigit kuku-kukuku menunggu dengan was-was. Pukul 2 dini hari sosoknya belum pulang. Ingin rasanya aku menanyai teman-temannya, tapi aku takut P'Vee tak suka. Apalagi jika masalah kami banyak orang mengetahui. Aku tidak mau.

    Tett
    Tett

    Bunyi bel ditekan berkali-kali dengan tidak sabaran. Pukul 4 pagi, siapa yang tidak sopan?

    Pipp

    Deg

    Di depanku ada orang yang semalaman aku tunggu datang dengan keadaan mabuk berat. Tapi yang membuatku terkejut adalah sosok wanita yang menopang tubuh P'Vee.

    "Babyhh...." Tubuh berat P'Vee jatuh di aku. Bau alkohol masuk pada indera penciumanku. Ada bekas lebam pada wajahnya. Di sudut bibirnya tersisa darah yang mengering. Aku peluk dan cium pipi P'Vee di depan semua orang. Katakan aku cemburu dan kesal.

    "Paman, tolong bantu Mark memindahkan tubuh P'Vee ke dalam." Ucapku pada paman penjaga gedung yang ikut serta membantu.

    "Baik Khun Mark."

    "Hmm... P'Ploy, terima kasih sudah membawa kekasihku pulang. Jadi sebagai ucapan terima kasihku, biarkan sopir kita mengantar Phi ke kondo."

    "Nong Mark okay? Vee bilang Nong Mark sedang sakit. Jadi biarkan Ploy saja yang membawa Vee kedalam."

    "Aku masih kuat membawa kekasihku. Jadi sekali lagi terima kasih."

    "Baiklah. Hm luka itu, Vee berkelahi dengan Nuea. Ploy tidak tahu apa-"

    "Mark akan mengobati. Lebih baik P'Ploy menunggu dibawah, Mark akan menghubungi sopir."

    Wajah P'Ploy menyiratkan pertanyaan. Namun akhirnya dia memilih untuk pergi.

    Aku membaringkan tubuh berat P'Vee. Dia tidak pernah mabuk berat. Toleransi alkohol dia sangat tinggi. Sebanyak apa dia menenggak hingga seperti mayat hidup?

    "Paman tolong hubungi sopir untuk mengantarkan Khun Ploy dibawah. Terima kasih."

    Setelah hanya aku dan P'Vee, tiba-tiba pikiranku mengatakan untuk mengejar wanita yang sepertinya belum pergi. Benar saja, dia masih duduk di lobi menunggu sopir.

    "Phi?"

    "Ah Nong Mark. Ada apa?"

    "Apakah disana ada orang-orang yang mengenal P'Vee? Maksudnya saat P'Vee berkelahi."

    "Tidak ada. Mereka berkelahi di tempat sepi. Kenapa?"

    "Bisakah Phi merahasiakan kejadian berkelahian itu? Kepada siapapun itu."

    Mimik P'Ploy ada gurat kebingungan atas permintaanku. Pasti dia mencurigai bahwa aku tahu alasan perkelahian itu.

    "Heumb tentu saja. Kalau begitu aku pulang dulu."

    Setelah mengantar P'Ploy, aku kembali ke atas. Membersihkan tubuh lengket P'Vee dan mengganti pakain. Mengolesi salep pada lebam yang kurang ajar menodai wajah tampan kekasihku.

    Aku memandangi sosok kekasihku dengan pilu. Ikut berbaring di sampingnya dan memeluk tubuh yang aku rindukan.

    Kenapa ada wanita itu disana? Batinku resah.

    "Phi tidak sedang membalas Mark kan? Phi bilang percaya Mark, maka Mark juga percaya Phi."

    .
    .
    .
    ~oOo~
    .
    .
    .

    Tebece

     

    Yuhuuu…… Spesial untuk kalian-kalian.

    Tetap voment disini dan di wattpad juga yesss….

    Mumumuchhh luv luv

     

    riChie_CHun

    11 Juni 2021

    ติดตามเรื่องนี้
    เก็บเข้าคอลเล็กชัน

    ผู้อ่านนิยมอ่านต่อ ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    อีบุ๊ก ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    ความคิดเห็น

    ×