ตั้งค่าการอ่าน

ค่าเริ่มต้น

  • เลื่อนอัตโนมัติ
    Hot Daddy and Babysitter || YinWar [Special]

    ลำดับตอนที่ #2 : Extra Bab - New Life

    • อัปเดตล่าสุด 23 พ.ย. 63


    Pria dengan jas hitam itu berdiri gagah di depan podium. Pasang mata menatap puja enggan sejenak berpaling. Suara berat nan tenangnya menghipnotis telinga para audiens. War tak hentinya tersenyum. Pria itu miliknya, mengakui dengan bangga.

    "Untuk kekasih saya, selamat menjadi lulusan terbaik. Saya mencintaimu."

    Riuh tepuk tangan mengakhiri sambutan. Pipi War merona atas ucapan Yin yang berani di depan banyak orang. Kanan kiri teman-temannya menggoda.

    Setelah acara prosesi wisuda selesai, para wisudawan berkumpul dengan keluarga dan kawan. Memberi hadiah dan selamat. Mengabadikan momen puncak perjuangan.

    Dua bocah berlari lucu dengan bawaan yang hampir menenggelamkan badan mereka. Vee dengan sebuket bunga besar dan Mark mendekap boneka beruang seukurannya. Mereka menyambut War yang baru keluar dari aula. Menyewa juru kamera siap membidik sesuatu yang menarik.

    Sambil menunggu Yin yang masih berada dijamuan rektor, War dan keluarganya mengambil foto duluan. Foto hanya berdua dengan War dan juga bersama. Dari keluarga hingga kawan berganti.

    Tiba-tiba suara teriakan menyambut datangnya orang dari arah barat. Suara didominasi oleh wanita. Yin berjalan bersama Prom yang juga datang karena Benz juga di wisuda.

    Yin langsung memeluk War erat. Mengecup puncak kepalanya yang masih tersemat toga. Hal ini semakin membuat kerumunan berteriak keras.

    Semua orang sudah mendapatkan gambarnya. Bahkan dari berbagai keluarga besar juga sudah foto bersama. Ditambah hanya Yin dan War foto berdua. Tak malu menunjukan romansa pada khalayak.

    "Baby."

    Tiba-tiba suara Yin menjadi serius. Pandangannya lekat menghujam War. Membawa tangan saling menaut, melempar senyum maut.

    "Ayo menikah."

    Diantara kerumunan manusia. Pasang mata menatap minat padanya. Yin hanya ingin memberitahu pada dunia. Bahwa dia serius meminang sang pujaan.

     

    Satu bulan yang lalu

    "Dad."

    "Huh?" Yin menuntun War agar mendekat. Membawanya duduk diatas pangkuan.

    Telunjuk War menggambar abstrak di permukaan dada Yin. Bibir bawahnya digigit ragu.

    "Pasti ada sesuatu. Bukan hanya ingin bermanja. Benar?"

    War menaik turunkan kepalanya. Menjawab tanpa suara. Lama War masih belum juga mengeluarkan suaranya. Bahkan sekarang dia bermain-main pada wajah Yin dari alis, mata, pipi hingga bibir tebalnya.

    Slurp

    Yin menangkap telunjuk War yang sibuk bermain dibibirnya dengan mulut. Di oral dengan lidah dan digigit kecil oleh gigi.

    "Nghhhh."

    Bibir yang sedari tadi digigit menahan nikmat tak kuat terbuka. Mendesah kecil walaupun sekedar jari.

    Plop

    Bunyi jari yang dilepas dari kuluman. Menangkap jari War, menjilati setiap sisinya, layaknya biskuit stick yang dibalut cokelat manis yang menutup setiap jari.

    Mata mereka yang setia memejam kini terbuka sayu. Menyelami nafsu masing-masing walau sekedar tindakan kecil.

    Jub

    Mengecup bibir yang semakin memerah karena gigitan.

    "Jika masih tidak mau bersuara, lebih baik aku membuatmu mengeluarkan suara desahan dengan bercinta disini." Ancam Yin main-main.

    Graukk

    War menggigit sisi leher Yin menimbulkan bekas gigi. Namun sesudahnya War menjilat hasil kejahatannya. Mengalungkan lenganya pada leher Yin.

    "Ini mengenai pertanyaan Phi Tomo."

    "Pertanyaan tentang?"

    "Hmm, masih ingat tentang aku yang ingin bekerja setelah lulus?"

    "Yeah."

    "Itu, aku masih ingin."

    War melihat respon Yin yang terdiam. Yin seperti memilih apa tanggapan yang mesti diberikan.

    "Dad.... jawaaab...."

    "Eoh. Kamu tahu aku sangat egois terhadapmu. Ingin kamu selalu disampingku dan jangan sampai kamu kelelahan apalagi karena sibuk bekerja."

    "Aku tahu, maaf. Tapi aku benar-benar ingin merasakan bekerja di kantoran." Lemah War.

    "Baik. Anggap saja aku menyetujui idemu. Lalu perusahaan mana yang kamu inginkan?"

    "Aku belum tahu. Sebenarnya ada beberapa perusahaan menawarkanku, tapi kontraknya cukup lama. Aku tahu Daddy tidak akan mengizinkan."

    "Itu tahu."

    "Ishh Daddy. Bagaimana jika aku menawar hanya satu tahun saja?"

    "Ughhh." War merengek karena Yin menarik hidungnya.

    "Kamu pikir bekerja itu main-main , Eoh?"

    "Ck, yes Presdir."

    "Aku punya ide."

    "Apa?"

    "Bekerja di perusahaanku."

    "Tidak." Tolak tegas War. "Itu nepotisme. Karyawan akan memandang aku memanfaatkan orang dalam."

    "Siapa yang berani mengatakan itu kepada kekasih Presdir?"

    "Ishhh... pokoknya tidak."

    "Lalu maumu apa?"

    "Bekerja diluar."

    "Dan kamu akan mempermainkan perusahaan lain."

    "Aku tidak mempermainkan. Aku akan serius."

    "Jika niatmu bekerja lalu untuk keluar, itu namanya mempermainkan."

    "Aku akan mencari yang bisa memberiku kontrak maksimal satu tahun."

    "Oke, anggap saja ada. Lalu Vee dengan siapa selama kamu bekerja?"

    Deg

    War tidak berpikir sampai kesana. Di otaknya hanya ingin bekerja. Titik. Itu saja. Tidak mengingat sekarang dia sudah ada anak kecil yang masih dalam pengawasannya.

    "Hei angkat kepalamu, baby. Merasa bersalah?" Memegang dagu War untuk menatap mata.

    "Heumb. Maaf aku hanya mementingkan ego saja."

    "Tidak apa, aku tahu usiamu dalam masa semangat-semangatnya bekerja."

    Membawa kepala War bersandar di dadanya. Mengelus surai halus dengan kecupan-kecupan di ujung kepala.

    "Dad..." Mendongkan kepala, mengecup dagu Yin yang terdapat bulu-bulu halus.
    "Aku,-...."


     

    Disini War sekarang. Dengan pakaian formal berdasi, tapi tak perlu harus jas yang membuat panas. Berjalan di samping Yin yang membawanya ke lantai tiga.

    Sesampainya disana, Manager bagian Personalia menyambutnya dengan senyum merekah. Tentu karena ada Presdir dan kekasihnya dihadapan.

    Yin menyerahkan War kepada Manager Personalia untuk diteruskan kepada Bagian Pengadaan dan Logistik. Karyawan disana menyambutnya bak petinggi yang datang.

    "Saya meminta tolong untuk memperlakukan saya biasa saja. Bisakan?"

    Yang disana saling melirik, mana bisa mereka akan biasa saja jika rekan satu bagiannya adalah kekasih dari Presdir?

    "Ya ya ya." Menunjukan muka memelasnya. Berharap mereka akan mengabulkan.

    "Tapi, Tuan. Itu-"

    "War, nama saya War Wanarat. Panggil War atau Nong. Saya paling muda diantara kalian. Oke?" Bantahan Manager di potong.

    "Ba-baik Nong."

    "Nahh itu saya suka. Ayo apa yang perlu saya pelajari."

    War benci ketika embel-embel status kekasih Yin menjadi orang lain sungkan dengannya. Dia juga masuk melalui tes seperti hal nya karyawan lain yang masuk ke perusahaan ini. Walau faktanya pasti War akan masuk entah tesnya berhasil atau tidak. Tapi siapa yang meragukan kecerdasan War? Dia tetap serius dalam tes dan mendapatkan nilai sempurna.

    Setelah waktu yang dilalui. War sudah terbiasa dengan pola dan sistem kerja. Karyawan juga terbiasa layaknya rekan.

    Jika bertanya tentang Vee, maka jawabannya, Vee setiap pulang sekolah akan berada di perusahaan hingga Yin dan War selesai bekerja. Berganti di ruangan Yin dan pindah di ruangan War. Namun jika Vee tertidur, maka dia akan berada di kamar khusus Presdir. Istirahat siang dihabiskan bersama di ruang Presdir hingga waktu bekerja kembali dimulai.

    Satu tahun berlalu. War sudah sangat nyaman dengan pekerjaan dan orang-orangnya. Tapi perjanjian kerja sudah dibuat diawal. Hanya satu tahun War mengenyam nikmatnya bekerja.

    Malamnya, War dan rekan kerja dibagiannya mengadakan pesta perpisahan atas seizin Yin yang cukup alot. Bertempat di sebuah Bar yang sudah di sewa semalaman. Awalnya Yin juga ngotot akan membayar semua biaya, tapi War kembali ngotot bahwa dia yang akan membayar karena ini pestanya. Dan War lah pemenangnya.

    Vee sudah diungsikan ke Mansion Worrasarn, sehingga Yin dan War bisa datang bersama menikmati pesta. Tentunya Yin takut jika War terlalu banyak minum dan berakibat fatal. Trauma tepatnya.

    "Jangan pedulikan dia. Anggap saja dia tamu dariku bukan Presdir kalian."

    Jika begini, maka mereka juga akan menikmati. Ada kekasih Presdirnya yang siap menjadi tameng. Semakin malam mereka semakin gila. Bernyanyi di panggung yang disediakan dengan alkohol yang terus mengucur.

    "Senang?"

    "Sangat. Terima kasih, Dad."

    Ciuman liar diantara tawa dan rancauan orang-orang. Menyesap manisnya alkohol dari mulut masing-masing lawan. Tidak peduli pasang mata melihat karena nyatanya mereka cukup acuh atau sengaja terlihat mengacuhkan. Duduk di sofa panjang menikmati momen berdua.

    .
    .
    .
    ~oOo~
    .
    .
    .

    Tanggal ditetapkan oleh kedua belah keluarga atas petunjuk para bikhsu. Undangan telah disebar oleh anggota keluarga. Malam sebelum upacara, mereka telah memberikan penghormatan pada para leluhur mereka dalam upacara Buddha yang dipimpin oleh sembilan bikhsu undangan di rumah War sebagai pihak 'yang dipersunting'. Menggunakan pakaian lebih santai, mereka membuat pahala 'memanggil hal-hal baik. Melepaskan burung dari sangkar dan memberikan sumbangan ke Wat (kuil) akan memastikan cinta kasih sayang untuk pernikahan.

    Paginya upacara pertunangan atau prosesi 'Khan Mak' dilaksanakan setelah adanya kesepakatan untuk ' Sin Nod ' atau mahar (mas kawin) yang dirancang oleh Yin sebagai pihak yang mempersunting kepada War dan keluarganya. Disana ada emas koin, bunga dan daun serta kacang tanah dari tanaman sirih muda yang tersusun diatas nampan. Bermakna kemakmuran hingga kesuburan dan umur panjang. Prosesi ini diiringi oleh genderang tradisional, pengiring, dan persembahan untuk keluarga. Jika masyarakat tradisional kuno akan berjalan dari rumah mempelai satu ke mempelai lainnya, maka di modern ini, Yin memilih berjalan dari depan rumah atau jalan menuju rumah Perang. Pertunangan dan acara pernikahan dilakukan di hari yang sama. Ini cukup umum dilaksanakan bagi orang Thailand.

    Sesampai di pintu rumah War, beberapa orang sudah menghadang Yin dan rombongan. Diblokir oleh rangkaian gerbang yang terbuat dari pita emas, 'pratoo tong' yang di pegang Boom dan Peak, atau kita sebut sebagai 'Sanuk' yaitu upacara pintu/ gerbang. Mark menghadang untuk meminta amplop berisi uang. Begitu pula Boom dan Peak tak kalah dengan Mark.

    Namun pintu belum juga dibuka oleh dua pasangan pemegang gerbang ini. Yin mendelik ke arah mereka, tapi sang penjaga masih saja acuh.

    "Teriakan kata cinta untuk War." Prom dibelakangnya berteriak meminta Yin untuk membuka kunci gerbang.

    Yin menengok ke sumber suara, mengutuk dalam hati karena Prom bagian dari pengiringnya bukan penerima. Prom hanya mengedikan bahwa saja. Terima tantangan atau prosesi akan semakin lama.

    "Ck." Yin berdecak. Mengatakan cinta masih kategori mudah.

    "WAR WANARAT. AKU MENCINTAIMU." Keras Yin berteriak berharap War di dalam mendengarnya.

    "Masih kurang, Phi."

    "Aku sudah memberikan uang untukmu."

    "Terserah."

    Mereka senang saja mengerjai si galak Yin.

    "Huhh...  WAR WANARAT WONG AKU MENCINTAIMU DENGAN SANGAT. INGIN HIDUP BERSAMAMU SELAMANYA. AKAN BERUSAHA SELALU MEMBAHAGIAKANMU DAN ANAK-ANAK KITA." Menetralkan kembali suaranya.
    "Puas kalian?"

    "Belum." Kini Bonz berbicara. Orang-orang disana masih tertawa mengerjai si calon pengantin.
    "Nyanyikan lagu cinta untuk War."

    "Tidak. Kamu bukan bagian dari keluarga penyambut."

    "Kita setuju."

    "Apa kalian akan menjadi adik iparku? Kenapa penjaga gerbang harus kalian?"

    "Lakukan saja, Dad." Oh tidak, si anak mengikuti tingkah dua paman kecil kesayangannya.

    Phi Mum yang mendengar dari dalam atas permintaan aneh-aneh dari orang-orang disana lekas datang. Memukul tangan Boom dan Peak untuk melepas pita gerbang. Jika tidak dihentikan, mereka akan semakin memberikan tantangan hingga batin mereka terpuaskan.

    "Hoho, ada yang tidak sabar untuk punya adik ipar." Ledek Boom.

    Tak peduli ledekan adiknya, kembali Phi Mum ke dalam. Menunggu layaknya tuan rumah. Yin menjemput War setelah menyelesaikan tugasnya. War di gandeng oleh Phi Tomo dan Phi Mum untuk di serahkan kepada Yin. Semua persembahan yang dibungkus rapi dengan kain sutra di serahkan kepada Phi Mum sebagai pengganti ibu. Mengungkapkan rasa terima kasih telah merawat War. Kini giliran Yin yang merawat dan menjaga War.

    Upacara pernikahan berlangsung pagi-pagi sekali sekitar pukul 6 pagi. Sembilan bikhsu diundang sekali lagi untuk memberkati pasangan itu. Membaca doa dan melantunkan nyanyian. Pengantin mengenakan pakaian tradisional Thailand yang terbuat dari sutra. 

    Bagian selanjutnya adalah bagian pernikahan yang paling akurat, ' Sai Monkhon '. Pengantin duduk berdampingan. Yin di sebelah kanan dan War sebelah kiri. Lengan mereka bertumpu di atas meja empuk kecil dan tangan mereka disatukan dalam berdoa ( wai ). Berhubung orang tua War sudah tiada, maka menyatukan benang putih yang sebelumnya diberkati Bikhsu dilakukan oleh Ayah Yin terhubung dua kepala mempelai. Merupakan simbol bahwa takdir hubungan itu berkaitan, tetapi identitas individu tetap dipertahankan. Lingkaran merupakan simbol kelanjutan dan fakta pahwa pahala atau berkah dapat dibawa ke dalam lingkaran.

    Acara puncak pemberkatan pernikahan yang disebut 'Rod Nam Sang'. Pasangan yang duduk dengan sedikit berlutut dan wai, menunggu orang tua Yin dan kakak War mengucapkan berapa patah kata dan mengurapi dahi mereka. Air suci yang terdapat dalam cangkang keong atau 'sang', digunakan setiap tamu untuk dituangkan dengan lembut ke tangan pengantin sambil memberikan doa.
     

    Rod Nam sang

    Upacara benang putih atau 'Phiti Bai Sri Su Kwan' berlanjut. Pengantin duduk bersebelahan sementara bikhsu mengatakan perkataan dan memberkati pernikahan. Benang putih dihubungkan ke pergelangan tangan dan direndam dengan air suci. Benang itu kemudian robek sampai putus dan siapa pun yang memiliki potongan terpanjang haruslah orang yang cintanya paling dalam.

    "Ayo diukur." Bonz maju memperkirakan ukuran benang.
    "Ahh tidak seru." Bonz kesal dengan hasilnya.

    "Hei kenapa panjangnya harus sama? Kalian pasti sudah berkonspirasi." Prom jengkel.

    "Itu tandanya kita memiliki cinta yang sama kuat." Jawab Yin.

    Pengikatan tali putih, 'sai sin', dilakukan keluarga, kerabat, teman dan pengiring, di sekitar pergelangan tangan masing-masing pasangan untuk mengucapkan selamat dan sukses. Gelang akan disimpan setidaknya tiga hari untuk mendapatkan keuntungan dari keburuntungan yang diberikan.

    Upacara berlanjut sampai makan malam, yang diadakan dengan pesta pora. Tersedia prasmanan dan berbagai hidangan khas Thailand. Hanya sanak saudara dan teman terdekat saja yang hadir dalam jamuan makan malam kali ini. Bersiap juga dengan wiski, koktail, dan minuman beralkohol menemani perayaan. MC kali ini dipandu oleh Bonz dan Prom yang terkenal cukup piawai berbicara. Dimulai dari orang tua Yin, Kakak War, orang tua Prom dan para tetua lainnya memberi sambutan singkat dan manis. Sedang adik War, teman Yin dan War tak dapat diandalkan. Mereka malah memberi lelucon yang dapat kita sebut aib masa lalu dari masing-masing pasangan. Mereka menikmati pesta dengan tarian dan nyanyian. Memotong kue dan melempar bunga.

    Hap

    "Yak dokter tiang, kenapa kamu harus ikut berebut?" Sewot Bonz kepada Win.

    "Makanya jangan cukup hidup dengan tubuh pendek saja, Phi."

    "Ish, padahal itu akan aku gunakan untuk menembak Wint."

    "Sial, kenapa pernyataan cinta dengan bunga gratis? Tidak modal." Sinis Wint.

    Setelah resepsi serta makan malam keluarga dan kerabat berakhir pukul 11 malam, para tetua mengadakan pengantaran tradisional untuk pengantin baru ke tempat tidur yang dihiasi dengan bunga mawar. 

    "Dad, aku sangat lelah." Manja War setelah orang-orang keluar meninggalkan mereka.

    Yin memijat bahu War yang duduk di pinggir tempat tidur.

    "Apa ini enak?"

    "Hm, lumayan. Tapi kamu juga capai. Sini gantian."

    "Tidak perlu. Sekarang pergilah mandi dan lekas ganti pakaian."

    War memandang wajah Yin. Ada ragu dimata War untuk menuruti perintah 'suami'nya. 

    "Kenapa masih duduk?"

    "I-itu." War tergagap. Yin masih setia menunggu kelanjutan kata.

    "Ishh, a-apa kita akan langsung tidur?"

    Ah Yin paham maksud War. Dia membawa tubuh War semakin merapat. Menempatkan kepala War untuk bersandar di bahunya.

    "Aku tahu kamu sudah lelah. Kamu butuh istirahat. Besok masih ada resepsi lagi yang lebih besar di hotel. Walau sebenarnya aku ingin. Tapi ya sudah, toh aku juga sudah mendapatkannya." Goda Yin di akhir kalimat.

    "Mm." Memukul paha Yin. "Aku ingin tidur. Tapi kasian tempat tidur yang sudah dihias tidak digunakan. Hehe." Goda War

    "Jangan memancing, baby. Aku sudah berbaik hati. Sekali lagi kamu-"

    "Ya ya ya. Aku akan mandi dan tidur. Tidak ada malam ini."

    Buru War meninggalkan kamar. Jika tidak, dipastikan Yin akan memakannya malam ini juga. Bisa jadi pesta resepsi besok War akan jatuh pingsan akibat kelelahan.

    Untuk pendaftaran pernikahan di Amphur (Catatan Sipil) dilakukan setelah semua acara pernikahan selesai di Thailand. Bonz sekali lagi ditunjuk untuk mengurus segala persyaratan. 

    Dua hari kemudian, resepsi dilaksanakan di Hongkong. Walau ayah Yin adalah orang asli Hongkong, tapi Yin masilah warga kebangsaan Thailand. Sehingga semua adat dilaksanakan dengan tradisi Thailand. Sedang resepsi besar di Thailand dan Hongkong menggunakan gaya khas barat. Di Thailand Yin dan War menggunakan tuxedo hitam, di Hongkong mereka memilih warna putih. Semua keluarga, kerabat serta teman Yin dan War diboyong ke Hongkong.
     

     

    Bulan madu mereka memilih Maldives (Maladewa) sebagai tujuannya. Vee sangat pengertian, dia memilih ditinggal di rumah keluarga War setelah di bujuk Yin. Jika orang tuanya pergi berdua, maka cepat mendapatkan adik. Nyatanya ini akal bulus Yin saja. Prosesi pembuatan adik untuk Vee sudah sering dilakukan bahkan sebelum mereka menikah.

    Mereka bersantai di hammock resort milik Yin di pulau Moofushi menikmati hamparan laut yang disajikan. Yin merebahkan kepalanya dipaha War dengan sentuhan lembut dari tangan sang istri. Dibawahnya ada laut yang menunjukan karang dengan jelas.

    "Aku memikirkan Vee. Kita meninggalkan seminggu."

    "Kita bisa memberi oleh-oleh."

    "Menyuap anak sendiri."

    "Bukan menyuap, tapi memberikan apa yang diinginkan anak kita."

    Mata War memincing curiga kepada Yin. 

    "Ohhh." 

    Benar. Belum apa-apa mulut Yin sudah membungkus miliknya yang tertutup boxer. Mengulum, dan menggigit layaknya makanan lezat yang disajikan.

    "Sekarang tinggal minumnya."

    "Ngh."

    Mulutnya beralih menyusu di dua titik yang mengintip dari kemeja pantai transparan dengan motif bunga yang dipakai. Kancingnya tak terpasang sama sekali. Bisa saja Yin langsung pada kulit War, namun kenikmatan dibalik kemeja terasa lebih menggoda.

    "Dadhh bajuku basah."

    Liur Yin menempel pada kain yang sedari tadi di jamah oleh mulut. Berdampak pada bagian dibalik kain terpampang jelas dimata Yin.

    "Indah. Kamu indah, baby."

    Pipi War merona. Dia tahu, amat sangat tahu, Yin sangat mengagumi tubuh War. Tidak ada yang tidak Yin kagumi. Setiap kali melihat War, matanya liar.

    Mencium pipi merah War, lidahnya bermain pada cekungan lesung pada pipi keduanya.

    "Siap membuat oleh-oleh untuk Vee?"

    "Daddy...." Memukul bahu Yin. "Ini di luar ruangan."

    "Tidak ada orang yang melihat. Aku mengosongkan pulau ini."

    "Tidak apa? Bagaimana pelayan?

    "Mereka sudah aku pindahkan ke pulau terdekat. Jika butuh tinggal panggil. Biarkan semesta menjadi saksi cinta kita."

    "Saksi bercinta maksudmu.

    "Haha... Itu bagian darinya." Tawa Yin pecah. "Terima tantangan atau tidak?"

    War menyusuri wajah Yin dengan jarinya. Menimbang usulan gila Yin dengan memperhatikan guratan wajah suaminya. Ya orang yang berbaring menyamping ke arahnya adalah suaminya kini. Dia berhak atas tubuh hanya untuk suaminya sendiri.

    "Aku ingin memberikan Vee adik." Tersenyum dibalik jari yang bermain di dada bidang yang tak terdapat kain melekat.
    "Membiarkan alam menyaksikan kita, dan angin iri dengan lembutnya perasaaan kita. Itu tak buruk."

    "Ouhhh." Jari War berakhir di tonjolan besar Yin yang membengkak.

    Yin menangkap jari nakal War. Mengulumnya sensual yang menjadi kesukaan. Mengecupi seluruh wajah War yang menjadi rutinitas. Mulut dan mulut saling menutup. Lidahnya tak kalah ikut bermain liar.

    Hammock bergerak terbawa permainan. Suara nikmat dari mulut mengalahkan nyanyian ombak. Dinginnya angin tak memberi pengaruh pada dua tubuh telanjang. Burung menyaksikan dari cakrawala diatas.

    "Dadhh.... ohh..."

    "Baby... ngghh.... lubangmu masih ketat. "

    War takut, gerakan liar Yin akan merobohkan hammock. Tapi ini tak mungkin untuk dihentikan. Terlalu nikmat untuk berpindah.

    “Panggil namaku, Warr.."

    “Yess, Yin….”

    Diantara hamparan langit biru yang sudah menampakan jingganya. Laut biru dengan kehijauan batu zamrud yang tenang. Matahari mengintip malu memilih pergi daripada iri pada dua sejoli. Membiarkan rembulan menyaksikan jua dua insan yang meneguk kenikmatan surgawi.

    Percayalah kalian. Tidak ada hari tanpa bercinta. Bahkan pasir pun pernah mereka ajak bergulat. Apalagi kamar dengan nuansa manis berbagi romansa. Segala fasilitas tak luput untuk menjadi tempat.

    Berciuman setiap saat dan dimana saja. Saling memeluk intim tak peduli siapa sekitar. Menyentuh menggoda kecil kapan pun diinginkan. 

    Menghabiskan waktu dengan bercinta dan mengunjungi desnitasi bulan madu. Seperti sand bank sebuah gundukan pasir yang dikelilingi perairan sambil menikmati makan siang. Snorkeling di Banana and Turtle Reef yang terletak di utara Atol Male.

    Pergi ke Atol Ari dengan suguhan bunga tropis indah, tanaman hijau serta laguna. Jembatan di tengahnya menjadi tempat menikmati pantai lebih dekat. Yin dan War juga menginap di palau ini karena Resort Yin tersebar hampir diberbagai pulau.

    Kuliner khas yang tidak dapat ditinggal seperti chicken biryani, garaduvi, huni roshi, mas huni hingga makanan lainnya. Berkunjung ke restoran bawah  air bernama Ithaa Undersea dan pergi ke Seagul Cafe.

    Hari terakhir mereka berjalan-jalan di Pulau Male yang merupakan ibu kota dari Maldives. Mengunjungi Museum Nasional Maladewa dengan berbagai peninggalan Kerajaan Budha yang terdapat tulisan tangan Al-Quran menghiasi dindingnya. Melihat koleksi lukisan di Gallery Esheji yang mempunyai karya seni tinggi. Tempat-tempat seperti ini memang lokasi wisata favorit War. Mampir ke pasar lokal untuk sekedar membeli oleh-oleh. Setiap malam ada saja kejutan makan malam romantis baik di pinggir pantai atau di dalam resort. 

    Seminggu menghabiskan waktu berdua. Liar dan romantis menjadi bumbu dalam perjalanan. Kembali kepada realita kehidupan berumah tangga

    "Mana oleh-oleh adik untuk Vee?"

    Menghentakan kakinya marah. Kedua orang tuanya dianggap berbohong. Dia ditipu, membiarkan kedua orang tuanya berlibur tanpa dirinya.

    “Boy, adik datang tidak mudah seperti kamu menginginkan mainan baru.”

    "Kata Daddy adik akan ada karena menikah. Seperti Vee ada karena Pho dan Mae menikah

    Yin dan War dibuat pusing. Bocah pintar ini nyatanya kadang masihlah berotak anak. Perlu ekstra menjelaskan kepada bocah pintar ini.

    “Sayang, dengarkan Papa dan Daddy, eoh. Adik bukan sesuatu yang bisa ada setelah pernikahan. Banyak yang harus dilakukan. Selanjutnya biarkan Tuhan dan para Dewa yang menentukan apakah adik itu bisa diberikan atau tidak.”

    "Apa Tuhan dan Dewa tidak memberikan Vee adik karena Vee nakal? Kalau begitu Vee akan sering pergi ke kuil biar adik cepat diberikan." 

    Mata Yin dan War saling melirik. Tidak tahu apalagi yang harus dijelaskan kepada bocah enam tahun ini.

    Membawa Vee kepangkuan Yin. Tangan Yin mengelus punggung Vee dan tangan War menyentuh surainya.

    "Tuhan dan Dewa sayang semua manusia. Termasuk Vee yang baik dan tampan. Apa permintaan Vee juga selalu Daddy dan Papa turuti?"

    Kepala Vee menggeleng. "Tidak, Pa. Daddy pernah tidak memperbolehkan Vee memelihara bayi harimau karena berbahaya. Papa tidak mengizinkan Vee makan es krim karena Vee sakit"

    "Nahh itu, sayang. Artinya keinginan Vee tidak bisa dikabulkan sama sekali atau akan dikabulkan suatu saat nanti."

    “Hmm... Vee lebih memilih akan dikabulkan suatu saat nanti.”

    War mengecup pipi Vee yang nyatanya masih tidak terima belum mendapatkan adik yang diinginkan.
     


    .
    .
    .

    ~oOo~
    .
    .
    .
     

    “Kenapa mataku harus ditutup segala Dad? Aku ingin melihat hadiah ulang tahunku. Vee bantu Papa melepaskan tutup mata Papa, ya. Nanti Papa masakan makanan enak.”

    "Tidak, Pa. Vee masih bisa makan masakan Papa kapan pun. Sedang Daddy berjanji akan membelikan jam tangan pasangan untuk Vee dan Mark."

    "Papa bisa membelikan."

    “Tidak. Itu desain khusus yang di pesan di rolex.”

    Plak

    "Awwww"

    "Hati-hati, baby, matamu masih tertutup."

    "Makanya buka, Dad. Uhh ini sakit. Sepertinya aku memukul gigi mobil. Kemana perginya pahamu?"

    "Sini aku lihat."

    Tangan kiri Yin yang bisa bebas dari kemudi membawa telapak tangan War ke mulutnya. Meniup dan menggosok telapak tangan yang memerah.

    “Aku memerasakan bau-bau berada di pertokoan. Benarkan?”

    "Silakan menebak."

    "Ish, menyebalkan."

    Mobil berhenti melaju. Tangan Yin menyentuh tangan War untuk mengikutinya ke luar mobil. Menuntun sang istri menuju bangunan yang menjadi kejutan. Vee yang berada di jok belakang sudah berlari membuka pintu bangunan.

    Tangan War meraba setiap permukaan. Mencium bau cat tembok yang masih baru.

    "Aku akan membukanya. Hitungan ketiga, silakan buka matamu, baby."

    1

    2

    3

    "Ohh."

    Tangan War menutup mulut yang terbuka lebar. Matanya melotot mengamati setiap sudut bangunan. Ini impiannya, sangat indah. Tapi masih menyimpan prasangka senangnya, memilih pada penjelasan Yin.

    "Hadiah untukmu. 'Studio dan Galeri Star Wars'."

    Lantai satu menjadi pusat seni rupa. Ada tempat melukis dan menggambar, serta membuat seni keramik. Di lantai dua ada studio musik. Lengkap dengan alat band dan musik orkestra. Ruang rekaman dan karaoke. Lantai tiga ada ruang kantor dan istirahat lengkap dengan kebutuhan seharian. Dilengkapi juga lift agar tak lelah naik turun tangga.

    War menjelajah setiap sudut bangunan. Ini keren, semua alat dan fasilitas lengkap. Menyusuri dari lantai dasar ke atas hingga ke lantai dasar lagi.

    "Kapan kamu membuatnya?"

    "Ingat saat aku membuat kejutan spesial dengan perkemahan di atap gedung?"

    "Hm, yah aku mengingatnya."

    “Aku bilang akan membuatkan studio sesuai hobimu. Dan yeah sejak itu aku mencari referensi dan orang untuk mewujudkan mimpi.”

    "Kenapa 'Star Wars'?"

    “Karena kamu bintangku War, dibalik  itu film favoritmu. Dan kau tahu, anak-anak pasti akan tertarik juga karena namanya.”

    "Vee suka."

    "Benarkah? Papa juga suka." Mengusak kepala Vee yang masih senang meneliti barang-barang disana.

    "Apa ini akan menjadi tempat kursus?"

    "Ini milikmu sekarang. Aku menyerahkan sepenuhnya kepadam

    "Baiklah. Mengajar seni dan mencari beberapa orang yang membantu juga itu menarik. Benarkan?"

    "Ya itu bagus. Selain bakatmu dalam seni bisa disalurkan, kamu juga bisa mengasah kemampuanmu dibidang manajemen."

    "Dan Vee bisa aku bawa kesini sekaligus dia juga belajar seni. Kamu setuju sayang?"

    "Yeah Vee mau, Pa. Vee ingin seperti Papa bisa segaaaalanya dalam seni. Vee juga ingin sepeti Daddy mengusai bisnis. Jadi mumpung Vee masih kecil, Vee mau belajar sama Papa dulu."

    "Uh anak Papa pinter. Cium dulu sayang."

    "Hey, Daddy tidak?"

    Vee menggelengkan kepalanya. Melangkah mundur perlahan menggoda Yin.

    "Jadi gitu? Padahal Daddy yang membuat ini."

    "Daddy, ngambek." Vee berlari ke arah Yin menerjang tubuh besar Yin yang sudah siap menangkap.

    "Muac muach muach." Menciumi wajah Yin yang biasa Yin lakukan ke Vee.

    Hoek

    War membekam mulutnya. Berlari ke toilet di lantar dasar.

    "Papa masuk angin?"

    Vee menengadahkan wajahnya melihat wajah pucat War. Tangan Yin memijat tengkuk War dan mengelus punggung sang pasangan.

    Hoek

    Lagi, hanya cairan putih bening yang keluar. Mata kedua pasangan saling beradu, batin mereka menyuarakan sebuah kemungkin. Bolehkah mereka berharap kemungkinan itu mejadi keyakinan?
     


     

    .
    .
    .
    ~oOo~
    .
    .
    .
     


     

    Fin
     


     

    Ternyata ada beberapa yang minta sampai nikah. Nih... tak buatken. 
    Habis ini ada yang nagih lagi?? Hmmm ????

    Terima kasih sama mbah gugel yang sudah memberikan info yang saya butuhkan.
    Semua prosesi pernikahan dan tempat bulan madu saya dapatkan dari mbah. Jadi kalau ada kesalahan mohon dikoreksi. Kalau kepo silakan tanyakan ke mbah. Kalau kepengin nikah dan bulan madu ke Maldives, sama, saya juga pengin.
    Pokoknya bayangin aja gimana tuh prosesi nikah, tapi jangan bayangin prosesi kawinnya yah.
     

    Silakan bisa kasih ♥ disini dan juga vote di wattpad. Komen boleh tuh biar saya semangat teruss...
     


     

    Love you all ❤
     


     

    ติดตามเรื่องนี้
    เก็บเข้าคอลเล็กชัน
    นิยายแฟร์ 2024

    ผู้อ่านนิยมอ่านต่อ ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    อีบุ๊ก ดูทั้งหมด

    loading
    กำลังโหลด...

    ความคิดเห็น

    ×